FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA
MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKPER DHARMA WACANA METRO
ANGKATAN XXIII
SAAT PERTAMA TINGGAL DI ASRAMA
Janu Purwono
Dosen Akper Dharma Wacana
Metro
ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan adalah sebuah emosi
dan pengalaman subyektif dari seseorang. Kecemasan juga dapat diartikan suatu
keadaan yang membuat seseorang tidak
nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecemasan mahasiswa program studi DIII Keperawatan Akper Dharma wacana Metro
Angkatan XXIII saat pertama tinggal di asrama
Metode:
Jenis penelitian
ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan Studi Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40
responden. Data diperoleh dengan tehnik wawancara menggunakan kuesioner. Analis
data menggunakan Uji Chi square,
dengan tingkat kepercayaan 95% dan multipel
regresi logistik.
Hasil: penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan variabel
tempat tinggal (p-value = 0,028), hubungan interpersonal
(p-value = 0.028), penyesuaian diri (p-value =
0,019) dengan kesemasan, dan tidak ada hubungan persepsi makanan (p-value
= 1,000) dan tekanan kelompok (p-value
= 0,131). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kecemasn adalah penyesuaian
peran diri (OR = 2,012).
Kesimpulan: Tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian
diri berhubungan dengan kecemasan pada
mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro
Kata Kunci : Tempat
tinggal, hubungan interpersonal, penyesuaian peran diri, kecemasan
ABSTRACT
Background: Anxiety is an emotional and subjective experience of a
person. Anxiety can also be interpreted a condition that makes a person
uncomfortable and divided into several levels. So anxiety associated with
feelings of uncertainty and not berdaya.Tujuan study is to determine the
factors associated with anxiety student of Nursing Nursing DIII Dharma
discourse Force XXIII Metro first time staying in a dorm.
Methods: This research is a quantitative approach Cross
Sectional Study. The samples used by 40 respondents. Data were obtained by
interview techniques using questionnaires. The data were analyzed using
Chi-square test, with a confidence level of 95% and multiple logistic
regression.
Results: The study showed that there is a relationship variables
residence (p-value = 0.028), interpersonal relationships (p-value = 0.028), the
adjustment (p-value = 0.019) with anxiety, and no relationship perception of
food (p-value = 1.000) and pressure groups (p-value = 0.131). The most dominant
factor related to anxiety is the role of self-adjustment (OR = 2.012).
Conclusion: A place to stay, interpersonal relationships,
self-adjustment associated with anxiety on Nursing student Dharma Wacana Metro
Keywords: residence, interpersonal relationships, self-adjustment
role, anxiety
LATAR BELAKANG
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita
dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya
dalam menyesuaikan diri (Mu’tadin, 2002).
Setiap
individu memiliki reaksi yang bersifat individual dalam menghadapi suatu
keadaan diantaranya kecemasan. Kecemasan adalah suatu respon emosional tanpa
objek khusus yang ditimbulkan oleh semua pengalaman-pengalaman baru yang tidak
diketahui dan mendahuluinya seperti ; masuk sekolah, memulai pekerjaan baru dan
melahirkan seorang bayi (Sundeen, 1995).
Kecemasan adalah sebuah emosi dan
pengalaman subyektif dari seseorang. Kecemasan juga dapat diartikan suatu
keadaan yang membuat seseorang tidak
nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati, 2010)
Sundeen, (2014) menyatakan bahwa respon yang adaptif dari
kecemasan dapat memotivasi individu untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas, sementara respon
maladaptif akan menyebabkan individu mengalami kehilangan kendali, tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Tingkat kecemasan menurut Stuart dan
Sundeen, (2014) terdiri dari cemas ringan, sedang, berat dan panik, tingkat
kecemasan ringan dan sedang merupakan respon adaptif, sedangkan tingkat
kecemasan berat dan panik merupakan respon maladaptif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10
responden mahasiswa DIII Keperawatan Akademi keperawatan Dharma wacana Metro
angkatan XXII yang telah meninggalkan asrama, peneliti mendapatkan bahwa
kondisi psikis dan fisik mahasiswa (1-2 bulan) masuk awal di asrama Akademi
Keperawatan Dharma wacana Metro menunjukan adanya 6 responden merasa perasaan cemas,
rasa tidak aman, tegang, gugup dan 4 responden merasakan salah satu kondisi
diatas. Diantara keempat kondisi tersebut salah satu respon psikis yang sering
timbul pada mahasiswa adalah kecemasan.
Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Sunaryo, (2004) bahwa ciri-ciri psikologik dari kecemasan
meliputi; kehawatiran, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman dan lekas
terkejut. Kondisi fisik yang dialami oleh mahasiswa (1-2 bulan) awal masuk
asrama menunjukan bahwa mahasiswa
menjadi susah untuk tidur, jantung berdebar-debar, tangan berkeringat dan
gangguan fisik lainnya berupa capek dan letih.
Mahasiswa
DIII Keperawatan Akper Dharma Wacana
angkatan XXIII mengalami juga
kondisi dimana terjadi kenaikan atau ketegangan emosional karena dirasakan
serba baru dalam hal tinggal di asrama. Walapun memiliki intensitas atau
derajat kecemasan yang berbeda dalam
menghadapi stimulus yang sama. Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa DIII
Keperawatan Akper Dharma Wacana angkatan XXIII merupakan respon emosional
sebagai dampak dari proses adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang baru akan mereka hadapi.
Melihat kondisi yang terjadi pada
mahasiswa DIII Keperawatan Akper Dharma Wacana angkatan XXIII adanya tanda dan gejala kecemasan (1-2 bulan)
tawal tinggal di asrama karena dianggap merupakan suatu kondisi yang baru bagi
mahasiswa. Dari fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor
yang berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa program studi DIII Keperawatan
Akper Dharma wacana Metro Angkatan XXIII saat pertama tinggal di asrama.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian adalah kuantitatif yang dilakukan dengan survey. Penelitian ini dilakukan secara analitik
observasional, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berhungan dengan
kecemasan mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro. Penelitian ini dilakukan di
Program studi DIII Akper Dharma wacana Metro. Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatori dengan pendekatan
Studi Cross Sectional.
Populasi penelitian adalah mahasiswa
angkatan XXIII Akper Dharma Wacana Metro populasinya adalah 113 responden.
Pengambilan sampel menggunakan metode Total
sampling. Variabel
penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen yaitu: variabel independen: Tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian
diri, Tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian diri, persepsi makanan, tekanan kelompok sedangkan
variabel dependennya penelitian ini adalah kecemasan.
Teknik Pengumpulan data
dari responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Analisa data menggunakan analisa
univariat . Analisa suatu variabel
dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi. Untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua
variabel dilakukan uji Kai Kuadrat/Chi
Square.
Hasil
Penelitian
Analisis
Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Karakteristik
Variabel
|
Jumlah
|
%
|
Usia
|
|
|
16 - 20 tahun
|
110
|
97,34
|
21- 25 tahun
|
3
|
2,
66
|
Jumlah
|
113
|
100
|
|
|
|
Jenis
Kelamin
|
|
|
Lak-laki
|
34
|
30,08
|
Perempuan
|
79
|
69,92
|
Jumlah
|
113
|
100
|
|
|
|
Berdasarkan Tabel di
atas, dapat diketahui bahwa dari 113 responden sebagian besar berumur £
20 tahun (97,34%), responden perempuan lebih banyak yaitu mencapai 79 orang
(69,92%),
Analisa Bivariat
Hasil pengujian statistik pada variabel persepsi makanan dengan menggunakan uji chi square yang dilihat
pada uji chi square dengan p-value = 1.000
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi makanan dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Pengujian statistik pada variabel persepsi tempat tinggal dengan menggunakan uji chi square yang juga dapat dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.028
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi tempat
tinggal dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Demikian
juga pada varibel persepsi hubungan interpersonal hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji chi square
yang dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.028
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi
hubungan interpersonal dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Begitupun
juga pada variabel penyesuaian peran diri hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji chi square yang
dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.019
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor penyesuaian peran diri dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Pada
variabel tekanan kelompok hasil pengujian
statistik dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi
square dengan p-value = 0.131
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor tekanan
kelompok dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Analisa Multivariat
Berdasarkan
analisa multivariat menggunakan tehnik
regresi linier terlihat 1 variabel yaitu penyesuaian peran diri yang mempunyai nilai p-value > 0,05 hasil analisis variabel
yang paling dominan adalah penyesuaian peran baru dengan OR sebesar 2.012.
PEMBAHASAN
1. Distribusi Frekwensi Tentang Umur, Jenis
Kelamin
Umur atau usia adalah masa hidup
responden yang dinyatakan dalam tahun sesuai dengan pernyataan responden. Jenis
kelamin adalah jenis kelamin responden saat mengadakan penelitian. Pendidikan
adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoadmodjo, 2003).
Hasil analisis univariat menunjukkan
bahwa responden yang berumur diatas
16-20 tahun (97,94%), jenis kelamin perempuan
(69,98%). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Akper Dharma wacana yang mengalami kecemasan adalah bejenis
kelamin perempuan, berumur dibawah 20 tahun.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa Akper Dharama wacana Metro yang mengalami kecemasan
adalah berjenis kelamin perempuan, berumur dibawah 20 tahun.
Kondisi ini menurut peneliti kecemasan
pada mahasiswa dikarenakan persepsi makanan yang tidak baik, persepsi tempat
tinggal yang tidak baik, hubungan interpersonal yang tidak baik, penyesuaian
peran diri yang tidak baik dan adanya tekanan kelompok.
2.Hubungan
Persepsi Makanan dengan Kecemasan
Penampilan
makanan adalah penampakan yang ditimbulkan oleh makanan yang disajikan.
Penampilan ini meliputi warna, bentuk makanan, besar porsi, dan cara penyajian.
Sedangkan rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan (Drummond KE
& Brefere LM, 2010).
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi makanan tidak terbukti berpengaruh
secara signifikan dengan kecemasan dengan p-value
= 1.000
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi makanan dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Hasil penelitian tidak sejalan yang
dilakukan oleh Rohmawati
N (2012), yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat
kecemasan dengan status gizi (p<0,05), subyek dengan tingkat kecemasan
sedang cenderung memiliki status gizi lebih (OR=3,54) dan status gizi kurang
(OR=2,29). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan sedang dengan
asupan makan lebih (p<0,001; OR=6,22)
Dari uraian
diatas menunjukkan bahwa ketika seorang
responden mempunyai persepsi makanan baik dipengaruhi juga oleh kemampuan adaptasi di asrama yang tinggi. Semakin tinggi
adaptasi dan persepsi makanan seseorang maka akan semakin baik persepsi tentang
makanan seseorang serta tidak menyebabkan kecemasan. Demikian juga semakin
rendah persepsi tentang makanan
seseorang maka akan semakin baik persepsi tentang makanan seseorang dan
menyebabkan kecemasan. Pada responden menunjukkan bahwa persepsi makanan di
asrama akper dharma wacana baik sehingga tidak menyebabkan kecemasan.
3. Hubungan Persepsi Tempat Tinggal dengan Kecemasan
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi tempat tinggal terbukti berpengaruh
secara signifikan dengan kecemasan dengan hasil yang dapat dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.028
(p<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi tempat
tinggal dengan kecemasan
mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika D (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kecemasan perpisahan dengan orang tua
dengan motivasi belajar pada santri
pelajar di pondok pesantren assidikkiyah. Hal tersebut ditunjukkan dengan p-value= 0,020 < a 0,05.
Dari uraian
diatas menunjukkan bahwa ketika seorang
responden mempunyai kemampuan persepsi tempat tinggal dengan baik dipengaruhi
juga oleh kemampuan adaptasi di asrama
yang tinggi. Semakin tinggi/baik persepsi tempat tinggal seseorang yang tinggal di asarama akper dharma
wacana metro maka tidak akan menyebabkan
kecemasan. Demikian juga semakin rendah/kurang baik persepsi tentang tempat tinggal di asrama
akper dharma wacana metro pada responden maka akan semakin menyebabkan
kecemasan. Pada responden menunjukkan bahwa persepsi tempat tinggal di asrama
akper dharma wacana tidak baik sehingga
menyebabkan kecemasan.
4. Hubungan
Interpersonal dengan Kecemasan
Hubungan
interpersonal adalah saat kita sedang melakukan komunikasi dengan orang lain
yang bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonal (Rahmat, 2008).
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan interpersonal terbukti berpengaruh secara signifikan dengan
kecemasan dengan = 0.028 (p<0,05).
Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 3.386 artinya mahasiswa
yang mempunyai persepsi hubungan interpersonal tidak mudah akan meningkatkan
kecemasan sebesar 3.386 kali dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai
persepsi hubungan interpersonal mudah.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana D (2005) bahwa
terdapat 51,1% mahasiswa
faskultas psikologi Unisba angkatan 2005
kurang mampu melakukan hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitarnya.
Dari uraian
diatas menunjukkan bahwa ketika seorang
responden mempunyai kemampuan hubungan interpersonal dengan baik dipengaruhi
juga oleh kemampuan adaptasi di asrama
yang tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan kemampuan melakukan hubungan
interpersonal seseorang maka semakin
baik hubungan interpersonal seseorang dan tidak menyebabkan kecemasan. Demikian
juga semakin rendah adaptasi dan kemampuan hubungan interpersonal seseorang
maka akan semakin tidak baik hubungan interpersonal seseorang dan menyebabkan
kecemasan. Pada penelitian ini responden menunjukkan bahwa hubungan
interpersonal di asrama akper dharma wacana tidak baik sehingga menyebabkan kecemasan.
5. Hubungan
Penyesuaian Peran diri dengan Kecemasan
Menurut Lawton
(Hurlock, 1999) berpendapat bahwa siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan
baik akan mengetahui kapan saat harus belajar dan kapan saatnya harus bermain
dan segera mengatasi permasalahan yang menuntut penyelesaian. Terujinya
hipotesis dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Rizvy (dikutip
Rachmahana, 2002) yang mengungkapkan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi dan
kemampuan adaptasi yang rendah dapat mendorong
ke arah
prokrastinasi akademik.
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa penyesuaian peran diri terbukti berpengaruh secara signifikan dengan
kecemasan dengan p-value = 0.019
(p<0,05). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 2.690 artinya
mahasiswa yang mempunyai penyesuaian diri tidak mudah akan meningkatkan
kecemasan sebesar 3.386 kali dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai
penyesuaian diri mudah.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naili Z, dkk (2009) bahwa
hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri dengan prokrastinasi
akademik. Hal tersebut ditunjukkan dengan p-value=
0,000 < a
0,05.
Dari uraian
diatas menunjukkan bahwa ketika seorang
responden mempunyai kemampuan penyesuaian diri dengan baik dipengaruhi juga
oleh kemampuan adaptasi di asrama yang
tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin
baik penyesuaian peran diri seseorang serta menyebabkan kecemasan. Demikian
juga semakin rendah adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin
baik penyesuaian peran diri seseorang dan menyebabkan kecemasan. Pada
penelitian ini responden menunjukkan bahwa penyesuaian peran diri di asrama
akper dharma wacana tidak baik sehingga
menyebabkan kecemasan.
6.Hubungan
Tekanan Kelompok dengan Kecemasan
Menurut
Smith tekanan kelompok diberikan kepada anggota dengan maksud untik memperkecil
perbedaan perbedaan yang timbul dalam kelompok karena perbedaan keinginan
anggota dan dilakukan oleh orang-orang tertentu yang lebih dominan.
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa tekanan kelompok tidak terbukti berpengaruh
secara signifikan dengan kecemasan dengan p-value
= 0.131
(p<0,05).
Dari uraian
diatas menunjukkan bahwa ketika seorang
responden mempunyai kemampuan penyesuaian diri dengan baik dipengaruhi juga
oleh kemampuan adaptasi di asrama yang
tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin baik
penyesuaian peran diri seseorang serta menyebabkan kecemasan. Demikian juga
semakin rendah adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin baik
penyesuaian peran diri seseorang dan menyebabkan kecemasan.
7. Faktor Yang Paling Dominan Yang Berhubungan
Dengan Kecemasan
Penelitian
tentang penyesuaian diri yang dilakukan oleh
Anggraini E, (2012) menunjukkan
nilai signifikan yang diperoleh variabel kemandirian dengan penyesuaian diri
sebesar 0,000. Artinya, nilai signifikan lebih kecil dibanding dengan α (sig
< 0,05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel
kemandirian dan penyesuaian diri.
Penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan
resiko terjadinya hipertensi pada seseorang
juga telah dilakukan oleh Rahmawan R (2009) menyatakan bahwa penyesuaian diri menggunakan lima indikator:
accepting, preserving, taking, exchanging, biophilous, yang dikategorikan
menjadi penyesuaian diri baik dengan nilai ≥ 19,96, penyesuaian diri buruk <
19,96. Sedangkang tingkat kecemasan dengan indikator fisiologis, psikologis.
Dengan pengkategorian < 𝛼 0,05 , dengan
demikian maka Ha diterima, artinya pada penelitian ini ada hubungan penyesuaian
diri dengan tingkat kecemasan lanjut usia di Karang Werda Semeru Jaya dan
Jember Permai Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa penyesuaian diri mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan,
apabila lanjut usia bisa menyesuaiankan diri dengan baik, maka sedikit
kemungkinan lanjut usia beresiko mengalami kecemasan, namun lanjut usia dengan
penyesuaian diri buruk lebih beresiko untuk mengalami kecemasan.
Hasil
analisis multivariat menunjukkan bahwa penyesuaian peran diri terbukti
berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan (p-value=0,047). Pada
hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 2,012 artinya responden yang mempunyai penyesuaian diri tidak baik akan meningkatkan kecemasan yang
lebih baik sebesar 2,012 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki
peneyesuaian diri baik pada kecemasan mahasiswa yang pertama tinggal di asrama.
Faktor
penyesuaian diri menunjukkan bahwa lebih dominan dibandingkan dengan faktor
hubungan interpersonal dan tekanan kelompok. Kondisi ini menurut peneliti
disebabkan karena seseorang jika
memiliki kemampuan diri yang baik berarti maka tidak akan terjadi kecemasan,
demikian juga secara otomatis hubungan
interpersoanl dan tekanan kelompok pada diri seseorang juga baik dan positif.
KESIMPULAN
1.
Ada
hubungan yang bermakna antara tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian diri dengan kecemasan pada mahasiswa Akper Dharma
Wacana Metro.
2.
Tidak
ada hubungan yang bermakna antara persepsi makanan, tekanan kelompok dengan kecemasan
pada mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A (2003) Riset Keperawatan & Tehnik
Penulisan Alamiah. Salemba Medika, Jakarta
Amran .Y.S. Chaniago (2002) Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Pustaka Setia, Bandung
Arikunto, S (2002) Prosedur Penelitian : Suatu
Pendekatan Praktek,Edisi IV. Rineka Cipta, Jakarta
Burn
& Groove (1991) The Pratice Of Nursing Research, Concuced critiques and
utilization, saunders. Philadephia
Carpenito
& Lynda juall (1995) Nursing Diagnosing Application to Clinical Practice
Philadphia, Happin Contt Company.
Cook
& js Fortaine (1991) Essential Of Mental Health Nursing, California
Publising Company.
Fitria,
N. (2003/2004) Proposal Orientasi Klinik
Keperawatan Jiwa, Universitas
ARS
Internasional.
Hawari,
D. (2002) Manajemen Stres, Cemas dan Depresi . Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Kaplan.
H.I. Saddock, B. J (1998) Modern
Sypnosis and Comprehensive Texs Book
Of
Psichiatri, William and
Wilkins : London.
Lazarus, R.S. 1969. Personality
And Adjusment.
Englewood Cliffs: Pretince Hall
(1997) Synopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Mar'at
& Siregar (1986) Diktat Pengantar
Psikologi Perkembangan UNPAD
Notoatmodjo,
S. (1993) Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
Nursalam.
(2003) Konsep dan Penerapan Metode Ilmu Keperawatan . Salemba, Jakarta.
Rachmahana, R.S. 2002.
(skripsi),Perilaku
Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa.
Ronny,
K. (2003) Metode Penelitian Untuk Penulisan dan Tesis. PPM, Jakarta
Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi. Vol. 2. No. 3 (132-137) Republika. 2007. Boarding
School
Rahmatika, D(2014),
skripsi, Hubungan antara kecemasan
perpisahan dengan orang tua dengan motivasi belajar pada santri pelajar di pondok pesantren
assidikkiyah kebon jeruk Jakarta, Jakarta UIN
Spielberger,
Charles. 1966. Anxiety and Behavior.
New York. Academic Press
Stuard
& Sundeen (1995) Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta Alih bahasa : Hamid.S Yani A.
Sugiono (2004) Metode Penelitian Administrasi.
Alfabeta, Bandung.
Sunaryo. (2004) Psikologi Untuk Keperawatan. EGC,
Jakarta
Wicaksana,
(1996) Concur fent validity and reliability test of zung self-rating mental
disorder-III in Indonesia on preceding of the 5 th Asean Federation of psychiatry
and mental congress Bandung.
William,
W. K. 1971. “Zung Rating Instrument for Anxiety Disorder Psychosomatic”.
Melalui <http://www.anxietyhelp.org/index.html> (05/04/06)