PENINGKATAN
KOMITMEN PENCEGAHAN TERSIER PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS SE-KOTA METRO
Janu
Purwono
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro.Jl.Kenanga
no.3 Mulyojati 16.c Kota Metro
ABSTRACT
Hypertension
is one of the causes of death. Risk factors in hypertension consist of factors
that cannot be altered or controlled and factors that can be altered or
controlled. Factors that can be altered or controlled include obesity, salt
consumption, exercise, alcohol consumption and smoking. The aim of this study
is to determine factors associated with society’s commitment to tertiary
prevention of hypertension in the work area of community health centres around
Metro Municipality.
The
type of study is quantitative research with cross sectional approach. Total
sample is 99 respondents. Data was obtained by means of interview with the use
of questionnaires. Data anazalysis was done using Chi squared test with
confidence interval of 95% and multiple logistic regression.
Results
showed that there are correlations between perceived resistance (p value =
0.000), perceived self-efficacy (p value = 0.000), attitude (p value = 0.001)
with the commitment to tertiary prevention of hypertension and that there are
no relations with perceived benefit (p value = 0.084). Most dominant factor
associated with the commitment of tertiary prevention of hypertension is perceived resistance (OR =
7.955). Suggestion is needs
to be improved public health
promotion programs in tertiary prevention of
hypertension in the community through
the mass media and electronic. Counseling
and home visits to patients with hypertension need to be done in order to establish a tertiary prevention program hypertension.
Key Words : Hypertension , resistance perseption, commitment.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab lebih
dari 30% dari kematian dan kematian di dunia dan tekanan darah tinggi telah
disebutkan sebagai salah satu faktor risiko terpenting (Rampal L,2008). Tekanan
darah tinggi tidak hanya dianggap faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular,
juga masalah kesehatan yang mengkhawatirkan, yang memiliki efek besar pada
kesehatan umum dan konsekuensi ekonomi yang besar (Echouffo, 2013)
Hipertensi adalah suatu faktor resiko penting
pada penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, infark miokardial, gagal jantung,
penyakit ginjal dan penyakit vaskuler (Kannel, 1996). Diprediksi pada tahun
2025, 1.56 milyar orang dewasa menderita hipertensi ( Kearney, 2005)
Penyakit
hipertensi di Indonesia pada tahun 2010 menduduki urutan ke tujuh dari 10 besar penyakit terbanyak rawat inap
se-Indonesia; hipertensi esensial (5,9%).
(Depkes RI 2011). Pada provinsi Lampung tahun 2011
hipertensi menduduki urutan ketiga, dengan jumlah 81.006 orang
(15,9%) (DINKESPropinsi Lampung, 2011). Hipertensi menduduki peringkat
keempat di Kota Metro dengan jumlah 10632 orang (8,23%). (Dinas Kesehatan Kota Mero, 2011).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).
Menurut
William (2007) terdapat dua faktor
resiko pada penyakit hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau
dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Faktor yang tidak
dapat diubah adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, ras dan etnik dan
penyakit diabes mellitus. Sedangkan faktor yang dapat diubah atau dikendalaikan
adalah obesitas, mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan
merokok.
Penelitian
tentang faktor resiko yang dapat
dirubah sebagai berikut: Menurut
penelitian Dongol Hadi (2008) obesitas
berhubungan dengan hipertensi 34%
yaitu (P=0,000, X²=20,846). Menurut hasil penelitian Meylina (2005) hubungan asupan garam terhadap
kejadian hipertensi adalah 25% (P = 0,002, X² = 10.969). Hubungan olah raga
(aktivitas fisik) dengan hipertensi
pada kelompok aktif sebesar 34,4%, sedangkan pada kelompok inaktif
adalah sebesar 24,8%. Hubungan minum alkohol dengan kejadian hipertensi adalah minum
alkohol terdapat 16,9% mengalami
hipertensi sedangkan sebanyak 27,5%
sampel tidak mengkonsumsi alkohol mengalami hipertensi. Kebiasaan merokok setiap hari berhubungan
dengan hipertensi yaitu memiliki peluang terkena hipertensi sepertujuh lebih
besar dibandingkan dengan tidak merokok (OR=0,789;95% CI 0,707-0,879).
Faktor
yang dapat dirubah atau dikendalikan adalah seperti mengkonsumsi garam, olah
raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok adalah merupakan aktivitas atau prilaku
yang dapat menyebabkan hipertensi (William ,2007). Menurut Niven Neil (2002)
perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang
menyatakan dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya
dalam tahap asimtomatik. Prilaku kesehatan pada individu dapat dirubah melalui promosi kesehatan/ Health Promotion (Pender, 2002).
Health
Promotion Model (HPM) dikembangkan oleh Nola J Pender
(2002) yang berlatar belakang dari keperawatan, pembangunan manusia, psikologi
eksperimental, dan pendidikan membimbingnya untuk menggunakan perspektif
holistik keperawatan, psikologi sosial, dan teori learning sebagai dasar. Pada teori HPM perubahan perilaku
disebabkan oleh komitmen individu untuk merencanakan suatu tindakan (
Pender,2002 ).
Komitmen untuk
merencanakan suatu tindakan adalah strategi tertentu untuk mendapatkan,
melaksanakan atau penguatan terhadap perilaku. Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan komitmen untuk merencanakan suatu tindakan yaitu Perceived benefits of action ( persepsi
manfaat yang dirasakan dari tindakan), Perceived
barriers to action ( persepsi rintangan tindakan ), Perceived
Self efficacy ( persepsi tentang kemampuan diri ), Aktivity related-effect (sikap yang berhungan dengan aktivitas ) (
Pender, 2002 ).
Berdasarkarkan uraian-uraian diatas maka
penulis tertarik untuk meneliti -peningkatan
komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi
di puskesmas Se-Kota Metro.
METODE
Jenis penelitian adalah kuantitatif yang
dilakukan dengan survey. Penelitian ini
dilakukan secara analitik observasional, yaitu untuk menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan
komitmen pencegahan tersier penyakit
hipertensi di Puskesmas Se-Kota Metro.Penelitian ini
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Se-Kota Metro. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian explanatori dengan pendekatan Studi Cross Sectional.
Populasi
penelitian adalah masyarakat Se-Kota Metro yang menderita hipertensi menurut diagnosa
dokter. Adapun kriteria populasi adalah sebagai berikut: penderita hipertensi, usia
pederita hipertensi 17 tahun keatas,bersedia
menjadi responden,mau bekerja sama dalam penelitian.Dari keriteria diatas didapatkan jumlah populasinya
adalah 197 responden.
Pengambilan
sampel menggunakan metode porposive
random sampling. Variabel
penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen yaitu: Variabel independen: Persepsi manfaat, Persepsi rintangan , Persepsi kemampuan diri, Sikap.
Variabel Dependen Variabel dependennya penelitian ini adalah komitmen.
Teknik Pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Analisa data menggunakan analisa
Univariat Analisa suatu variabel
dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi. Untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua
variabel dilakukan uji Kai Kuadrat/Chi
Square.
Untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel bebas
secara bersama-sama dengan variabel terikat dilakukan analisis multivariat
dengan uji statistik regresi logistik.
HASIL
1.
Analisa Bivariat
Tabel 1
Hubungan Persepsi Manfaat, Persepsi Rintangan, Persepsi
Kemampuan diri, Sikap dengan Komitmen
|
|
Komitmen
|
|
|
|
|
No
|
Variabel
|
Berkomitmen
n
(%)
|
Tidak
Berkomitmen
n
(%)
|
Ã¥
|
p-value
|
OR
|
1
|
Persepsi
Manfaat
a.Ada
b.Tidak ada
Jumlah
|
13 (48,1)
63 (63,6)
76 (100)
|
14 (51,9)
36 (36,4)
50 (100)
|
72
27
99(100)
|
0,084
|
|
2
|
Persepsi
Rintangan
a.Tidak ada
b.Ada
Jumlah
|
49 (81,7)
14 (35,9)
63 (100)
|
11 (18,3)
25 (64,1)
36 (100)
|
60
39
99(100)
|
0,000
|
7.955
|
3
|
Persepsi
Kemampuan
Diri
a.Tinggi
b.Rendah
Jumlah
|
55 (75,3)
8 (30,8)
63 (100)
|
16 (24,7)
18 (69,2)
34 (100)
|
73
26
99(100)
|
0,000
|
6,875
|
4
|
Sikap
a.Positif
b.Negatif
Jumlah
|
52 (75,4)
11 (36,7)
63 (100)
|
17 (24,6)
19 (63,3)
36 (100)
|
69
30
99(100)
|
0,001
|
5.283
|
Hasil pengujian
statistik pada variabel persepsi manfaat dengan menggunakan uji chi square yang dilihat
pada uji chi square dengan p value = 0.084 (p<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara faktor persepsi manfaat dengan Komitmen
pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Pengujian statistik pada varibel persepsi
rintangan dengan menggunakan
uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value =
0.000(p<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara faktor persepsi rintangan dengan Komitmen
pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 7.955. Artinya
responden dengan persepsi ada rintangan berpeluang 7,955 kali berkomitmen
terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Variabel
persepsi kemampuan diri dengan
menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p
value = 0.000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi
kemampuan diri dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit
hipertensi, dengan nilai OR 6,875. Artinya responden dengan persepsi kemampuan
diri tinggi 6,875 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit
hipertensi.
Pada variabel sikap dengan menggunakan
uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value =
0.084
(p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi
manfaat dengan Komitmen
pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 5.283. Artinya
responden dengan sikap positif berpeluang 5,283 kali berkomitmen terhadap
pencegahan tersier penyakit hipertensi.
2.Analisa
Multivariat
Tabel
2
Analisis
Regresi Logistik
Variabel
|
B
|
p-value
|
OR
|
Pe Persepsi Rintangan
|
1.713
|
0.001
|
5.544
|
Pe Persepsi Kemampuan diri
|
1.410
|
0.013
|
4.094
|
S Sikap
|
1.573
|
0.004
|
4.820
|
C Konstant
|
-7.001
|
0.000
|
0.001
|
Berdasarkan
Tabel 2 di atas terlihat dari 3 variabel yaitu persepsi rintangan, persepsi
kemampuan diri dan sikap tidak ada
variabel yang yang mempunyai nilai
p-value >0,05 hasil analisis variabel yang paling dominan adalah
persepsi rintangan dengan OR sebesar 5.544.
Pemodelan selanjutnya dilakukan uji interaksi terhadap variabel yang
diduga secara subtansi ada interaksi dari model multivariat.
PEMBAHASAN
1. Persepsi Manfaat
dengan Komitmen
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa persepsi manfaat tidak terbukti berpengaruh secara signifikan dengan
komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,084).
Berdasarkan
hasil penelitian dan uraian teori
diatas, maka menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi manfaat baik
tidak menentukan komitmen yang baik bagi penderita hipertensi, namun bukan
berarti dengan persepsi manfaat yang rendah akan selalu memiliki komitmen yang
rendah. Kondisi ini bisa terjadi karena persepsi manfaat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
Salah satu faktor menurut penulis adalah
individu tidak cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam
beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif. Sehingga keuntungan dari
penampilan perilaku bisa intrinsik atau ekstrinsik tidak responden dapatkan.
Misalnya responden tidak melakukan
olahraga yang teratur, tetap merokok, tetap minum alkohol, obesitas dan tetap
mengkonsumsi garam.
2. Persepsi Rintangan
dengan Komitmen
Pada
penelitian ini, hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang rintangan penderita
hipertensi terbukti signifikan (p-value=0,000) atau merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi dan mempunyai nilai Odds ratio (OR) sebesar 7,955. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yamg mempunyai
persepsi tentang tidak adanya rintangan maka kemungkinan akan
berkomitmen sebesar 7,955 kali
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang mempunyai persepsi ada rintangan.
Hubungan
antara faktor resiko penyakit hipertensi
juga telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Hasil penelitian Dongol H, (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan garam dengan
kejadian hipertensi dengan P value 0,002.
Berdasarkan
hasil penelitian dan uraian teori
diatas, maka jelaslah bahwa persepsi rintangan menentukan komitmen bagi
penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan persepsi tidak ada rintangan akan selalu memiliki komitmen yang baik atau
berkomitmen karena bisa terjadi penderita hipertensi dengan persepsi tidak ada rintangan
yang rendah mempunyai komitmen yang baik. Kondisi ini bisa terjadi karena
persepsi rintangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
3. Persepsi
Kemampuan Diri dengan Komitmen
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
persepsi kemampuan diri terbukti berpengaruh secara signifikan dengan komitmen
pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,006).
Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 3.957 artinya penderita
hipertensi yang kemampuan diri tinggi akan meningkatkan komitmen pencegahan
tersier yang lebih baik sebesar 3,957 kali dibandingkan dengan penderita
hipertensi yang memiliki kemampuan diri rendah pada pencegahan tersier penyakit
hipertesni.
Menurut Bandura dalam Pender (2002)
kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan utama
menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki seseorang tetapi keputusan yang
diambil seseorang dari skill yang dia miliki. Keputusan efficacy seseorang
diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan
dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya: perilaku yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas, maka jelaslah bahwa
kemampuan diri menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan
berarti dengan kemampuan diri yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang
baik karena bisa terjadi kemampuan diri rendah mempunyai komitmen yang baik.
Kondisi ini bisa terjadi karena kemampuan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
4.
Sikap dengan Komitmen
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara
signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 5,283
artinya penderita hipertensi yang bersikap positif akan meningkatkan komitmen
yang lebih baik sebesar 5,283 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi
yang memiliki sikap negatif pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Sembiring (2010) tentang perilaku penderita hipertensi
terhadap pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Brastagi menunjukkan
bahwa sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan sedang sebanyak 84,6% dan yang
mempunyai tingkat kepatuhan tinggi sebanyak 13,8% dan yang mempunyai tingkat
kepatuhan tingkat rendah sebanyak 1,5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa sikap berperan dalam menentukan komitmen
bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan sikap yang positif akan
selalu memiliki komitmen yang baik karena sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
atau reaksi tertutup.
5. Faktor Dominan Yang
Berhubungan Dengan Komitmen
Hasil analisis multivariat
menunjukkan bahwa persepsi rintangan terbukti berpengaruh secara signifikan
dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada
hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 5,444 artinya penderita
hipertensi yang mempunyai persepsi tidak ada rintangan akan meningkatkan
komitmen yang lebih baik sebesar 5,444 kali dibandingkan dengan penderita
hipertensi yang memiliki persepsi ada rintangan pada pencegahan tersier
penyakit hipertensi.
Faktor persepsi rintangan
menunjukkan bahwa lebih dominan dibandingkan dengan faktor persepsi kemampuan
diri dan sikap. Kondisi ini menurut peneliti disebabkan karena seseorang jika
merasa tidak ada rintangan yang berarti dalam pencegahan tersier penyakit
hipertensi maka secara otomatis sikap maupun kemampuan diri pada seseorang juga
baik dan positif.
KESIMPULAN
1. Tidak ada hubungan persepsi manfaat
dengan komitmen.
2. Ada hubungan persepsi rintangan
dengan komitmen.
3. Ada hubungan persepsi kemampuan diri
dengan komitmen.
4. Ada hubungan sikap dengan komitmen.
5. Faktor yang paling dominan berhubungan
dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah persepsi rintangan.
SARAN
1. Masyarakat perlu
menambah informasi mengenai cara berkomitmen dalam pencegahan tersier
penyakit hipertensi dan perlu merubah perilaku tidak merokok, tidak minum
alkohol, tidak mengkonsumsi garam dan berolahraga agar tidak terjadi komplikasi
dari penyakit hipertensi. Konsekwensi bila tidak melakukan pencegahan tersier
penyakit hipertensi adalah penyakit
stroke, gagal jantung, insufisiensi ginjal. Untuk itu perlu komitmen yang baik
dalam upaya pencegahan tersier penyakit hipertensi.
2. Perlu
ditingkatkan program promosi kesehatan pada masyarakat dalam pencegahan
tersier/komplikasi penyakit hipertensi di masyarakat melalui media masa maupun elektronik. Penyuluhan dan kunjungan rumah pada pasien
hipertensi perlu dilakukan dalam rangka memantapkan program pencegahan tersier
penyakit hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
ACCF/AHA (2011), (Expert Consensus Document on Hypertension
in The Elderly, Journal of the American College of Cardiology (JAAJ).
Arikunto, S (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Budiarto-Eko (2001) Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
EGC.
Jakarta.
Depkes RI, Sepuluh besar penyakit terbanyak rawat jalan se-Indonesia 2011
Dinas Kesehatan Kota Metro, Sepuluh Besar Penyakit Pada Tahun 2011
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Data Penyakit
Pada Tahun 2011
Davidson (2000), Depression
Symtoms predict Early Hypertension Incidence In
Young Adults.
Hadi, D
(2008), Skripsi, Hubungan obesitas dan asupan garam terhadap kejadian hipertensi pada
laki-laki 40 tahun keatas studi di puskesmas padangsari banyumanik Semarang,
UNES.
Elisabeth (2011), Skripsi, Faktor-faktor
yang berhubungan dengan hipertensi
pada lansia di posyandu
lansia wilayah kerja puskesmas parsoburan
kecamatan
siantar marihat pematangsiantar.
Echouffo‑Tcheugui JB, Batty GD, Kivimäki M,
Kengne AP. Risk models to predict
hypertension: A systematic review.
PLoS One 2013;8:e67370.
Harris
(2000), Riset, Association of Fat Distribution and Obesity With Wong,
Obesity,Hypertension
and risk Of Kydney Cancer in Men.
Hastono, S (2004),
Analisis Data, Universitas
Indonesia, Jakarta
Health G (2012),
Hipertension,Ny Times Helt
Hidayat A (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Kannel WB (1996), Blood pressure as a cardiovascular risk
faktor, J Am Med Assoc.
Kearney PM (2005), Role
of blood Pressure in the development of congestive heart
failure. N Eng J Med.
Ludiana (2011), Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku makan pada
penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Pujokerto
Kecamatan Trimurjo
Lampung Tengah Tahun
2011, UNIMAL.
Mansjoer (2001), Kapita selekta Kedokteran, Jilid I Media
aesculapius
Jakarta.
Maryann
(2003), Trangeneration al
Persistence of Education as a Helt Risk.
Meylina (2005),Thesis, Analisis
faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan
pembuluh darah di Indonesia, IPB Bogor.
Neil N (2000), Psiologi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan.Ed-Rev, PT Rineka
Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo,S (2010), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Rineka Cipta,
Jakarta.
Permana H
(2004), Pengobatan Hipertensi pada
Diabetes Mellitus Tipe 2. FK UNPAD Pender (2002), Health Promotion, Lippincoot William & Wilkins.
P2PTM
(2006), Survey Keterpaparan Faktor Resiko
Penyakit Tidak Menular Pada
Masyarakat, Dinas Kesehatan Jateng,
Rampal L, Rampal S, Azhar MZ, Rahman AR.
Prevalence, awareness,treatment and
control of hypertension in
Malaysia: A national study of 16,440 subjects. Public
Health 2008;122:11‑8.
Sembiring (2010), Skripsi, Perilaku
penderita hipertensi terhadap upaya
pencegahan komplikasi di wilayah kerja puskesmas berastagi, USU.
Suyitno S (1989), Pencegahan penyakit dalam peningkatan Tumbuh Kembang
Anak, UNDIP
Stranges
(2004), Riset, Relationship Of Alkohol Dringking Pattern to Risk Of
Hypertension
Sugiyono (2010), Statistika untuk Penelitian. Edisi 11,
Alfabeta,
Bandung,
Smeltzer,C.Suzane, (2002), Keperawatan Medical
Bedah, EGC, Jakarta.
The American Heritage (2000) Dictionary of the English Language, Fourth Edition
Houghton Mifflin Company,
Udjianti,W
(2010). Keperawatan Kardivaskular,
Salemba Medika, Jakarta.
Yuliana,
S (2007),Skripsi, Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki pada laki-laki usia
40 tahun ke atas di badan
Rumah Sakit Daerah Cepu, UNES.
Wadirjono,(2010). Analisis Statistika Multivariat terapan, Unit Penerbit dan
pencetakan
Sekolah tinggi Ilmu managemen YKPN, Yokyakarta.
William L.(2008) Understanding
Medical Surgical Nursing, Third Edition F.A
Davis Company, America.
Wolff (2008), Hipertensi; Cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah
Tinggi
Sejak Dini (Terjemahan), PT. Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Wong (2000), Riset, Obesity, Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men.
0 komentar:
Posting Komentar