Jumat, 30 Oktober 2015

Janu Purwono
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro.Jl.Kenanga no.3 Mulyojati 16.c Kota Metro
Email: janupurwono@gmail.com; Phone No. 085269831374

ABSTRACT
Hypertension is one of the causes of death. Risk factors in hypertension consist of factors that cannot be altered or controlled and factors that can be altered or controlled. Factors that can be altered or controlled include obesity, salt consumption, exercise, alcohol consumption and smoking. The aim of this study is to determine factors associated with society’s commitment to tertiary prevention of hypertension in the work area of community health centres around Metro Municipality.
The type of study is quantitative research with cross sectional approach. Total sample is 99 respondents. Data was obtained by means of interview with the use of questionnaires. Data anazalysis was done using Chi squared test with confidence interval of 95% and multiple logistic regression.
Results showed that there are correlations between perceived resistance (p value = 0.000), perceived self-efficacy (p value = 0.000), attitude (p value = 0.001) with the commitment to tertiary prevention of hypertension and that there are no relations with perceived benefit (p value = 0.084). Most dominant factor associated with the commitment of tertiary prevention of  hypertension is perceived resistance (OR = 7.955). Suggestion  is needs to be improved public health promotion programs in tertiary prevention of hypertension in the community through the mass media and electronic. Counseling and home visits to patients with hypertension need to be done in order to establish a tertiary prevention program hypertension.

Key Words       : Hypertension ,  resistance perseption,  commitment.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu faktor resiko penting pada penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, infark miokardial, gagal jantung, penyakit ginjal dan penyakit vaskuler (Kannel, 1996). Diprediksi pada tahun 2025, 1.56 milyar orang dewasa menderita hipertensi ( Kearney, 2005)
Penyakit hipertensi di Indonesia pada tahun 2010 menduduki urutan ke tujuh  dari 10 besar penyakit terbanyak rawat inap se-Indonesia; hipertensi esensial (5,9%).  (Depkes RI 2011). Pada provinsi Lampung  tahun 2011  hipertensi menduduki urutan ketiga, dengan jumlah 81.006 orang (15,9%)  (DINKESPropinsi Lampung, 2011). Hipertensi menduduki peringkat keempat di Kota Metro dengan jumlah 10632 orang (8,23%). (Dinas Kesehatan Kota Mero, 2011).
            Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).
Menurut William (2007)  terdapat dua faktor resiko pada penyakit hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Faktor yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, ras dan etnik dan penyakit diabes mellitus. Sedangkan faktor yang dapat diubah atau dikendalaikan adalah obesitas, mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Penelitian tentang  faktor resiko yang dapat dirubah  sebagai berikut: Menurut penelitian   Dongol Hadi (2008)  obesitas  berhubungan dengan hipertensi  34% yaitu (P=0,000, X²=20,846). Menurut hasil penelitian Meylina  (2005) hubungan asupan garam terhadap kejadian hipertensi adalah 25% (P = 0,002, X² = 10.969). Hubungan olah raga (aktivitas fisik) dengan hipertensi   pada kelompok aktif sebesar 34,4%, sedangkan pada kelompok inaktif adalah sebesar 24,8%. Hubungan minum alkohol dengan kejadian hipertensi  adalah minum  alkohol terdapat 16,9%  mengalami hipertensi sedangkan  sebanyak 27,5% sampel tidak mengkonsumsi alkohol mengalami hipertensi.  Kebiasaan merokok setiap hari berhubungan dengan hipertensi yaitu memiliki peluang terkena hipertensi sepertujuh lebih besar dibandingkan dengan tidak merokok (OR=0,789;95% CI 0,707-0,879).
Faktor yang dapat dirubah atau dikendalikan adalah seperti mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok adalah merupakan aktivitas atau prilaku yang dapat menyebabkan hipertensi (William ,2007). Menurut Niven Neil (2002) perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang menyatakan dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimtomatik. Prilaku kesehatan pada individu dapat dirubah  melalui promosi kesehatan/ Health Promotion (Pender, 2002).
Health Promotion Model (HPM) dikembangkan oleh Nola J Pender (2002)  yang berlatar belakang dari  keperawatan, pembangunan manusia, psikologi eksperimental, dan pendidikan membimbingnya untuk menggunakan perspektif holistik keperawatan, psikologi sosial, dan teori learning sebagai dasar. Pada teori HPM perubahan perilaku disebabkan oleh komitmen individu untuk merencanakan suatu tindakan ( Pender,2002 )
Komitmen untuk merencanakan suatu tindakan adalah strategi tertentu untuk mendapatkan, melaksanakan atau penguatan terhadap perilaku. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan komitmen untuk merencanakan suatu tindakan yaitu Perceived benefits of action ( persepsi manfaat yang dirasakan dari tindakan), Perceived barriers to action ( persepsi rintangan tindakan ),  Perceived Self efficacy ( persepsi tentang kemampuan diri ), Aktivity related-effect (sikap yang berhungan dengan aktivitas ) ( Pender, 2002 ).
Berdasarkarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti  faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas  Se-Kota Metro  tahun 2012.
      
Studi Literatur
            Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi
Katagori
Sistolik mmHg
Diastolik mmHg
     Normal
Normal tinggi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 ( berat)
Stadium 4 ( sangat berat)
            < 130
130-139
140-159
160-179
180-209
≥ 210
                 < 85
85- 89
90- 99
100-109
110-119
≥ 120
(Smeltzer 2002 : 897)
Gambar 1
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Hipertensi
Sumber: William, 2007;376

            Definisi komitmen menurut kamus besar bahasa indonesia adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu (kontrak). Nilai rasa tentu positif. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen menurut Pender (2002) adalah: Perilaku sebelumnya (prior related behavior), Perceived  benefits  to action (Persepsi  manfaat), Perceived barriers to action  (Persepsi Rintangan), Perceived  Self efficacy ( Persepsi Kemampuan diri).
            Menurut Suyitno (1989) pencegahan tersier ditujukan untuk meminimalkan komplikasi, menghindari kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup agar dapat menjalani kehidupan secara normal dan dapat diterima oleh lingkungan. Prinsip pencegahan tersier adalah: Membatasi gangguan fisis dan sosial yang diakibatkan pekerjaannya sehingga timbul gejala dan PPAK. Pada derajat ini yang dilakukan adalah tatalaksana dan terapi pada penyakit paru kerja yang telah terjadi. Pencegahan tersier disempurnakan dengan meminimalkan dampak klinis merugikan kesehatan.

METODE
   Jenis penelitian adalah kuantitatif yang dilakukan dengan survey.  Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor  yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit  hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Se-Kota Metro.Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas  Se-Kota Metro.Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatori dengan pendekatan Studi Cross Sectional.
            Populasi penelitian adalah masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas  Se-Kota Metro  yang menderita hipertensi menurut diagnosa dokter. Adapun kriteria populasi adalah sebagai berikut: penderita hipertensi, usia pederita hipertensi  17 tahun keatas,bersedia menjadi responden,mau bekerja sama dalam penelitian.Dari keriteria diatas didapatkan jumlah populasinya adalah 197 responden.
            Pengambilan sampel menggunakan metode porposive random sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen yaitu:  Variabel independen: Persepsi manfaat,  Persepsi rintangan , Persepsi kemampuan diri, Sikap. Variabel Dependen Variabel dependennya penelitian ini adalah komitmen.
Teknik Pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisa data  menggunakan analisa Univariat Analisa suatu variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi. Untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua variabel dilakukan uji Kai Kuadrat/Chi Square.
Untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat dilakukan analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1.    Analisa Bivariat

Tabel 1
Hubungan  Persepsi Manfaat, Persepsi Rintangan, Persepsi Kemampuan diri, Sikap  dengan Komitmen



Komitmen





No

Variabel

Berkomitmen
n (%)
Tidak
Berkomitmen
n (%)
Ã¥
p-value
OR
1


Persepsi
Manfaat
a.Ada
b.Tidak ada
Jumlah


13 (48,1)
63 (63,6)
76 (100)


14 (51,9)
36 (36,4)
50 (100)


72
27
99(100)


0,084

2


Persepsi
Rintangan
a.Tidak ada
b.Ada
Jumlah


49 (81,7)
14 (35,9)
63 (100)


11 (18,3)
25 (64,1)
36 (100)


60
39
99(100)


0,000


7.955
3


Persepsi
Kemampuan
Diri
a.Tinggi
b.Rendah
Jumlah



55 (75,3)
  8 (30,8)
63 (100)



16 (24,7)
18 (69,2)
34 (100)



73
26
99(100)



0,000



6,875
4


Sikap
a.Positif
b.Negatif
Jumlah

52 (75,4)
11 (36,7)
63 (100)

17 (24,6)
19 (63,3)
36 (100)

69
30
99(100)


0,001


5.283

Hasil pengujian statistik pada variabel persepsi manfaat dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.084 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi manfaat dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi.
            Pengujian statistik pada varibel persepsi rintangan dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.000(p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi rintangan dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 7.955. Artinya responden dengan persepsi ada rintangan berpeluang 7,955 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.
   Variabel persepsi kemampuan diri dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi kemampuan diri dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR 6,875. Artinya responden dengan persepsi kemampuan diri tinggi 6,875 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.
            Pada variabel sikap  dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.084 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi manfaat dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 5.283. Artinya responden dengan sikap positif berpeluang 5,283 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.
2.Analisa Multivariat
Tabel 2
Analisis Regresi Logistik
Variabel
B
p-value
OR
Pe  Persepsi Rintangan
1.713
0.001
5.544
Pe  Persepsi Kemampuan diri
1.410
0.013
4.094
S    Sikap
1.573
0.004
4.820
C    Konstant
-7.001
0.000
0.001

            Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat dari 3 variabel yaitu persepsi rintangan, persepsi kemampuan diri dan sikap  tidak ada variabel yang yang mempunyai nilai  p-value >0,05 hasil analisis variabel yang paling dominan adalah persepsi rintangan dengan OR sebesar 5.544.  Pemodelan selanjutnya dilakukan uji interaksi terhadap variabel yang diduga secara subtansi ada interaksi dari model multivariat.

Pembahasan
1. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Komitmen
            Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi manfaat tidak terbukti berpengaruh secara signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,084).
Berdasarkan hasil penelitian  dan uraian teori diatas, maka menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi manfaat baik tidak menentukan komitmen yang baik bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan persepsi manfaat yang rendah akan selalu memiliki komitmen yang rendah. Kondisi ini bisa terjadi karena persepsi manfaat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 
 Salah satu faktor menurut penulis adalah individu tidak cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif. Sehingga keuntungan dari penampilan perilaku bisa intrinsik atau ekstrinsik tidak responden dapatkan. Misalnya responden tidak  melakukan olahraga yang teratur, tetap merokok, tetap minum alkohol, obesitas dan tetap mengkonsumsi garam.



2. Hubungan Persepsi Rintangan dengan Komitmen
Pada penelitian ini, hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa  persepsi tentang rintangan penderita hipertensi terbukti signifikan (p-value=0,000) atau merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit  hipertensi dan mempunyai nilai Odds ratio (OR) sebesar 7,955. Hal ini menunjukkan bahwa responden yamg mempunyai  persepsi tentang tidak adanya rintangan maka kemungkinan akan berkomitmen  sebesar 7,955 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang mempunyai persepsi ada rintangan.
Hubungan antara  faktor resiko penyakit hipertensi juga telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Hasil penelitian  Dongol H, (2008) menunjukkan bahwa  ada hubungan antara asupan garam dengan kejadian hipertensi dengan P value 0,002.
Berdasarkan hasil penelitian  dan uraian teori diatas, maka jelaslah bahwa persepsi rintangan menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan  persepsi tidak ada rintangan  akan selalu memiliki komitmen yang baik atau berkomitmen karena bisa terjadi penderita hipertensi dengan persepsi tidak ada rintangan yang rendah mempunyai komitmen yang baik. Kondisi ini bisa terjadi karena persepsi rintangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 

3.Hubungan Persepsi Kemampuan Diri dengan Komitmen
            Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi kemampuan diri terbukti berpengaruh secara signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,006). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 3.957 artinya penderita hipertensi yang kemampuan diri tinggi akan meningkatkan komitmen pencegahan tersier yang lebih baik sebesar 3,957 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki kemampuan diri rendah pada pencegahan tersier penyakit hipertesni.
            Menurut Bandura dalam Pender (2002) kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki seseorang tetapi keputusan yang diambil seseorang dari skill yang dia miliki. Keputusan efficacy seseorang diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya: perilaku yang dihasilkan.
            Berdasarkan hasil penelitian  dan uraian teori diatas, maka jelaslah bahwa kemampuan diri menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan kemampuan diri yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang baik karena bisa terjadi kemampuan diri rendah mempunyai komitmen yang baik. Kondisi ini bisa terjadi karena kemampuan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 

4.Hubungan  Sikap dengan Komitmen
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 5,283 artinya penderita hipertensi yang bersikap positif akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 5,283 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki sikap negatif pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sembiring (2010) tentang perilaku penderita hipertensi terhadap pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Brastagi menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan sedang sebanyak 84,6% dan yang mempunyai tingkat kepatuhan tinggi sebanyak 13,8% dan yang mempunyai tingkat kepatuhan  tingkat rendah  sebanyak 1,5%.
            Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa sikap berperan dalam menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan sikap yang positif akan selalu memiliki komitmen yang baik karena sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup.

5. Faktor Yang Paling Dominan Yang Berhubungan Dengan Komitmen
            Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa persepsi rintangan terbukti berpengaruh secara signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 5,444 artinya penderita hipertensi yang mempunyai persepsi tidak ada rintangan akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 5,444 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki persepsi ada rintangan pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.
            Faktor persepsi rintangan menunjukkan bahwa lebih dominan dibandingkan dengan faktor persepsi kemampuan diri dan sikap. Kondisi ini menurut peneliti disebabkan karena seseorang jika merasa tidak ada rintangan yang berarti dalam pencegahan tersier penyakit hipertensi maka secara otomatis sikap maupun kemampuan diri pada seseorang juga baik dan positif.
 
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Tidak ada hubungan persepsi manfaat dengan komitmen (p value = 0,084, OR=2,448).
2. Ada hubungan persepsi rintangan dengan komitmen (p value = 0,000, OR=7,955).
3. Ada hubungan persepsi kemampuan diri dengan komitmen (p value = 0,000, OR=6,875).
4. Ada hubungan  sikap dengan komitmen (p value = 0,001, OR=5,283).
5. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah persepsi rintangan (p-value=0,001,  OR=5,488 CI;95% 1,958-15,691).

SARAN
1.    Masyarakat  perlu  menambah informasi mengenai cara berkomitmen dalam pencegahan tersier penyakit hipertensi dan perlu merubah perilaku tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak mengkonsumsi garam dan berolahraga agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit hipertensi. Konsekwensi bila tidak melakukan pencegahan tersier penyakit hipertensi  adalah penyakit stroke, gagal jantung, insufisiensi ginjal. Untuk itu perlu komitmen yang baik dalam upaya pencegahan tersier penyakit hipertensi.
2.    Perlu ditingkatkan program promosi kesehatan pada masyarakat dalam pencegahan tersier/komplikasi penyakit hipertensi di masyarakat   melalui media masa maupun elektronik.  Penyuluhan dan kunjungan rumah pada pasien hipertensi perlu dilakukan dalam rangka memantapkan program pencegahan tersier penyakit hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
AHA (2011), (Expert Consensus Document on Hypertension in The Elderly, Journal of the American College of Cardiology (JAAJ).
Arikunto, S (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta,
            Jakarta.
Budiarto-Eko (2001) Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
            EGC. Jakarta.
Depkes RI,  Sepuluh besar penyakit terbanyak rawat  jalan se-Indonesia 2011
Dinas Kesehatan Kota Metro, Sepuluh Besar Penyakit Pada Tahun 2011
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,  Data Penyakit Pada Tahun 2011
Davidson (2000), Depression Symtoms predict Early Hypertension Incidence In
            Young  Adults.
Hadi,  D (2008), Skripsi,  Hubungan obesitas dan asupan garam terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki 40 tahun keatas studi di puskesmas padangsari banyumanik Semarang, UNES.
Elisabeth (2011), Skripsi,  Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi
            pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas parsoburan
kecamatan siantar marihat pematangsiantar.
Harris (2000), Riset,  Association of Fat Distribution and Obesity With Wong,
Obesity,Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men.
Hastono, S (2004),  Analisis Data, Universitas Indonesia, Jakarta
Health G (2012), Hipertension,Ny Times Helt
Hidayat A (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Kannel WB (1996),  Blood pressure as a cardiovascular risk faktor, J Am Med Assoc.
Kearney PM (2005), Role of blood Pressure in the development of congestive heart
            failure. N Eng J Med.
Ludiana (2011), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku makan pada
            penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Pujokerto Kecamatan Trimurjo
            Lampung Tengah Tahun  2011, UNIMAL.
Mansjoer (2001),  Kapita selekta Kedokteran, Jilid I Media aesculapius
Jakarta.
Maryann  (2003), Trangeneration al Persistence of Education as a Helt Risk.
Meylina (2005),Thesis,  Analisis faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus,
            penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia, IPB Bogor.
Neil N (2000), Psiologi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S (2002)  Metodologi Penelitian Kesehatan.Ed-Rev, PT Rineka
            Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo,S (2010), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta,
            Jakarta.
Permana H (2004), Pengobatan Hipertensi pada Diabetes Mellitus Tipe 2. FK UNPAD Pender (2002), Health Promotion, Lippincoot William & Wilkins.
P2PTM (2006), Survey Keterpaparan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Pada
Masyarakat, Dinas Kesehatan Jateng,
Sembiring (2010), Skripsi,  Perilaku penderita hipertensi terhadap upaya
pencegahan komplikasi di wilayah kerja puskesmas berastagi, USU.
Suyitno S (1989), Pencegahan penyakit dalam peningkatan Tumbuh Kembang
Anak, UNDIP
 Stranges (2004), Riset,  Relationship Of Alkohol Dringking Pattern to Risk Of
            Hypertension
Sugiyono (2010), Statistika untuk Penelitian. Edisi 11, Alfabeta, Bandung,
Smeltzer,C.Suzane, (2002), Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta.
The American Heritage (2000) Dictionary of the English Language, Fourth Edition
             Houghton Mifflin Company,
Udjianti,W (2010). Keperawatan Kardivaskular, Salemba Medika, Jakarta.
Yuliana, S (2007),Skripsi,  Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian   hipertensi pada laki-laki pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di badan   
Rumah Sakit Daerah Cepu, UNES.
Wadirjono,(2010). Analisis Statistika Multivariat terapan, Unit Penerbit dan
      pencetakan Sekolah tinggi Ilmu managemen YKPN, Yokyakarta.
William L.(2008) Understanding Medical Surgical Nursing, Third Edition F.A
Davis Company, America.
Wolff (2008), Hipertensi; Cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Sejak Dini (Terjemahan), PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Wong (2000), Riset, Obesity, Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men.






















0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget