Janu Purwono
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro.Jl.Kenanga
no.3 Mulyojati 16.c Kota Metro
ABSTRACT
Hypertension
is one of the causes of death. Risk factors in hypertension consist of factors
that cannot be altered or controlled and factors that can be altered or
controlled. Factors that can be altered or controlled include obesity, salt
consumption, exercise, alcohol consumption and smoking. The aim of this study
is to determine factors associated with society’s commitment to tertiary
prevention of hypertension in the work area of community health centres around
Metro Municipality.
The
type of study is quantitative research with total approach. Total sample is 70
respondents. Data was obtained by means of interview with the use of
questionnaires. Data anazalysis was done using Chi squared test with confidence
interval of 95% and multiple logistic regression.
Results
showed that there are correlations between perceived resistance (p value =
0.001), perceived self-efficacy (p value = 0.017), attitude (p value = 0.000)
with the commitment to tertiary prevention of hypertension and that there are
no relations with perceived benefit (p value = 0.000), interpersonal influences
(p value = 0.003), situasional influences (p value = 0.001). Most dominant
factor associated with the commitment of tertiary prevention of hypertension is attitude (OR = 12.521).
Suggestion is needs to
be improved public health promotion programs in tertiary
prevention of hypertension in the community through the mass media
and electronic. Counseling and home visits to patients with hypertension need to be done in order to establish a tertiary prevention program hypertension.
Key Words : Hypertension , Attitude, commitment.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Hipertensi
adalah suatu faktor resiko penting pada penyakit kardiovaskuler termasuk
stroke, infark miokardial, gagal jantung, penyakit ginjal dan penyakit vaskuler
(Kannel, 1996). Diprediksi pada tahun 2025, 1.56 milyar orang dewasa menderita
hipertensi ( Kearney, 2005)
Penyakit
hipertensi di Indonesia pada tahun 2010 menduduki urutan ke tujuh dari 10 besar penyakit terbanyak rawat inap
se-Indonesia; hipertensi esensial (5,9%).
(Depkes RI 2011). Pada provinsi Lampung tahun 2011
hipertensi menduduki urutan ketiga, dengan jumlah 81.006 orang
(15,9%) (DINKESPropinsi Lampung, 2011). Hipertensi menduduki peringkat
keempat di Kota Metro dengan jumlah 10632 orang (8,23%). (Dinas Kesehatan Kota Mero, 2011).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).
Menurut
William (2007) terdapat dua faktor
resiko pada penyakit hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau
dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Faktor yang tidak
dapat diubah adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, ras dan etnik dan
penyakit diabes mellitus. Sedangkan faktor yang dapat diubah atau dikendalaikan
adalah obesitas, mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan
merokok.
Penelitian
tentang faktor resiko yang dapat
dirubah sebagai berikut: Menurut
penelitian Dongol Hadi (2008) obesitas
berhubungan dengan hipertensi 34%
yaitu (P=0,000, X²=20,846). Menurut hasil penelitian Meylina (2005) hubungan asupan garam terhadap
kejadian hipertensi adalah 25% (P = 0,002, X² = 10.969). Hubungan olah raga
(aktivitas fisik) dengan hipertensi
pada kelompok aktif sebesar 34,4%, sedangkan pada kelompok inaktif
adalah sebesar 24,8%. Hubungan minum alkohol dengan kejadian hipertensi adalah minum
alkohol terdapat 16,9% mengalami
hipertensi sedangkan sebanyak 27,5%
sampel tidak mengkonsumsi alkohol mengalami hipertensi. Kebiasaan merokok setiap hari berhubungan
dengan hipertensi yaitu memiliki peluang terkena hipertensi sepertujuh lebih
besar dibandingkan dengan tidak merokok (OR=0,789;95% CI 0,707-0,879).
Faktor
yang dapat dirubah atau dikendalikan adalah seperti mengkonsumsi garam, olah
raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok adalah merupakan aktivitas atau prilaku
yang dapat menyebabkan hipertensi (William ,2007). Menurut Niven Neil (2002)
perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang
menyatakan dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya
dalam tahap asimtomatik. Prilaku kesehatan pada individu dapat dirubah melalui promosi kesehatan/ Health Promotion (Pender, 2002).
Health
Promotion Model (HPM) dikembangkan oleh Nola J Pender
(2002) yang berlatar belakang dari keperawatan, pembangunan manusia, psikologi
eksperimental, dan pendidikan membimbingnya untuk menggunakan perspektif
holistik keperawatan, psikologi sosial, dan teori learning sebagai dasar. Pada teori HPM perubahan perilaku
disebabkan oleh komitmen individu untuk merencanakan suatu tindakan (
Pender,2002 )
Komitmen untuk
merencanakan suatu tindakan adalah strategi tertentu untuk mendapatkan,
melaksanakan atau penguatan terhadap perilaku. Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan komitmen untuk merencanakan suatu tindakan yaitu Perceived benefits of action ( persepsi
manfaat yang dirasakan dari tindakan), Perceived
barriers to action ( persepsi rintangan tindakan ), Perceived
Self efficacy ( persepsi tentang kemampuan diri ), Aktivity related-effect (sikap yang berhungan dengan aktivitas ), interpersonal influences ( pengaruh interpersonal),
situasional influences (pengaruh
situasional) ( Pender, 2002 ).
Berdasarkarkan uraian-uraian diatas maka
penulis tertarik untuk meneliti
faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier
penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kota Metro
tahun 2014.
Studi
Literatur
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi
Katagori
|
Sistolik mmHg
|
Diastolik mmHg
|
Normal
Normal tinggi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 ( berat)
Stadium 4 ( sangat berat)
|
< 130
130-139
140-159
160-179
180-209
≥ 210
|
< 85
85- 89
90- 99
100-109
110-119
≥ 120
|
(Smeltzer 2002 : 897)
Gambar 1
Faktor-faktor
yang berhubungan dengan Hipertensi
Sumber: William, 2007;376
Definisi komitmen menurut kamus
besar bahasa indonesia adalah perjanjian
untuk melakukan sesuatu (kontrak). Nilai rasa tentu positif. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan komitmen menurut Pender (2002) adalah: Perilaku sebelumnya (prior
related behavior), Perceived benefits
to action (Persepsi manfaat), Perceived barriers to action (Persepsi Rintangan), Perceived Self efficacy ( Persepsi Kemampuan diri), interpersonal influences
(pengaruh interpersonal), situasional
influences (pengaruh situasional).
Menurut
Suyitno (1989) pencegahan tersier ditujukan untuk meminimalkan komplikasi,
menghindari kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup agar dapat menjalani
kehidupan secara normal dan dapat diterima oleh lingkungan. Prinsip pencegahan tersier adalah: Membatasi gangguan fisis dan sosial yang
diakibatkan pekerjaannya sehingga timbul gejala dan PPAK. Pada derajat ini yang
dilakukan adalah tatalaksana dan terapi pada penyakit paru kerja yang telah
terjadi. Pencegahan tersier disempurnakan dengan meminimalkan dampak klinis
merugikan kesehatan.
METODE
Jenis penelitian adalah kuantitatif yang
dilakukan dengan survey. Penelitian ini
dilakukan secara analitik observasional, yaitu untuk menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan
komitmen pencegahan tersier penyakit
hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kota
Metro.Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro. Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatori dengan pendekatan
Studi Cross Sectional.
Populasi
penelitian adalah masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro
yang menderita hipertensi menurut diagnosa dokter. Adapun kriteria
populasi adalah sebagai berikut: penderita hipertensi, usia pederita
hipertensi 17 tahun keatas,bersedia
menjadi responden,mau bekerja sama dalam penelitian.Dari keriteria diatas didapatkan jumlah populasinya
adalah 70 responden.
Pengambilan
sampel menggunakan metode total
sampling. Variabel
penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen yaitu: Variabel independen: Persepsi manfaat, Persepsi rintangan , Persepsi kemampuan diri, Sikap,
pengaruh interpersonal, pengaruh situasional. Variabel dependen penelitian ini
adalah komitmen.
Teknik Pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Analisa data menggunakan analisa
Univariat Analisa suatu
variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi. Untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua
variabel dilakukan uji Kai Kuadrat/Chi
Square.
Untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel bebas
secara bersama-sama dengan variabel terikat dilakukan analisis multivariat
dengan uji statistik regresi logistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1.
Analisa Bivariat
Tabel 1
Hubungan Persepsi Manfaat, Persepsi Rintangan, Persepsi
Kemampuan diri, Sikap, pengaruh interpersonal, pengaruh situasional
dengan Komitmen
Komitmen
|
||||||
No
|
Variabel
|
Berkomitmen
n (%)
|
Tidak
Berkomitmen
n (%)
|
å
|
p-value
|
OR
|
1
|
Persepsi
Manfaat
a.Ada
b.Tidak
ada
Jumlah
|
31 (79,5)
11 (35,5)
42 (100)
|
8 (20,5)
20 (64,5)
28 (100)
|
39
31
70(100)
|
0,000
|
7.045
|
2
|
Persepsi
Rintangan
a.Tidak ada
b.Ada
Jumlah
|
33 (76,7)
9 (33,3)
42 (100)
|
6 (33,3)
18 (66,7)
28 (100)
|
43
27
70(100)
|
0,001
|
6.600
|
3
|
Persepsi
Kemampuan
Diri
a.Tinggi
b.Rendah
Jumlah
|
38 (67,9)
4 (28,6)
42 (100)
|
18 (32,1)
10 (71,4)
28 (100)
|
56
14
70(100)
|
0,017
|
5.278
|
4
|
Sikap
a.Positif
b.Negatif
Jumlah
|
37 (74,0)
5 (25,0)
42 (100)
|
13 (26,0)
15 (75,0)
28 (100)
|
50
20
70(100)
|
0,000
|
8.538
|
5
|
Pengaruh
interpersonal
a.Tinggi
b.Rendah
Jumlah
|
38 (70,4)
4 (25,0)
42 (100)
|
16 (29,6)
12 (75,0)
28 (100)
|
54
16
70(100)
|
0,003
|
6.000
|
6
|
Pengaruh
situasional
a.Tinggi
b.Rendah
Jumlah
|
35 (72,9)
7 (31,8)
42 (100)
|
13 (27,1)
15 (68,2)
28 (100)
|
48
22
70(100)
|
0,001
|
6.923
|
Pengujian
statistik variabel persepsi manfaat
dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square
dengan p value = 0.000 (p<0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara faktor persepsi manfaat dengan Komitmen
pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR 7,045. Artinya responden
dengan persepsi bermanfaat tinggi 7,045 kali berkomitmen terhadap pencegahan
tersier penyakit hipertensi.
Pengujian statistik pada varibel persepsi
rintangan dengan menggunakan
uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value =
0.001(p<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara faktor persepsi rintangan dengan Komitmen
pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 6.600. Artinya
responden dengan persepsi ada rintangan berpeluang 6,600 kali berkomitmen
terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Pengujian statistik pada variabel
kemampuan diri dengan menggunakan
uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value =
0.017
(p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi
kemampuan diri dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi.
dengan nilai OR= 6.600. Artinya responden dengan persepsi kemampuan diri tinggi
berpeluang 5,278 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit
hipertensi.
Pada variabel sikap dengan menggunakan
uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value =
0.000
(p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor sikap dengan Komitmen
pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 8.538. Artinya
responden dengan sikap positif berpeluang 8.538 kali berkomitmen terhadap
pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Pada variabel pengaruh interpersonal
dengan menggunakan uji chi square yang dilihat
pada uji chi square dengan p value = 0.003 (p<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pengaruh
interpersona dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi,
dengan nilai OR= 7.125. Artinya responden dengan pengaruh interpersonal tinggi
berpeluang 6.000 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit
hipertensi.
Pada variabel pengaruh situasional dengan menggunakan uji chi square yang dilihat
pada uji chi square dengan p value = 0.001 (p<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pengaruh
situasional dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi,
dengan nilai OR= 6.923. Artinya responden dengan pengaruh situasional tinggi
berpeluang 6,923 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit
hipertensi.
2.Analisa
Multivariat
Tabel
2
Analisis
Regresi Logistik
Variabel
|
B
|
p-value
|
OR
|
Pe Persepsi Manfaat
|
1.775
|
0.031
|
5.902
|
Pe Persepsi rintangan
|
2.523
|
0.006
|
12.460
|
Pe Kemampuan Diri
|
2.130
|
0.039
|
8.418
|
S
Sikap
|
2.059
|
0.000
|
12.521
|
S Pengaruh
interpersonal
|
1.748
|
0.093
|
5.744
|
S Pengaruh
situasional
|
1.606
|
0.055
|
4.985
|
C Konstant
|
-4.447
|
0.000
|
0.001
|
Berdasarkan
Tabel 6 di atas terlihat dari 3 variabel yaitu persepsi rintangan, persepsi
kemampuan diri dan sikap tidak ada
variabel yang yang mempunyai nilai
p-value >0,05 hasil analisis variabel yang paling dominan adalah
sikap dengan OR sebesar 12,521.
Pemodelan selanjutnya dilakukan uji interaksi terhadap variabel yang
diduga secara subtansi ada interaksi dari model multivariat.
Pembahasan
1. Hubungan
Persepsi Manfaat dengan Komitmen
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa persepsi manfaat tidak terbukti berpengaruh secara signifikan dengan
komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,084).
Berdasarkan
hasil penelitian dan uraian teori
diatas, maka menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi manfaat baik
tidak menentukan komitmen yang baik bagi penderita hipertensi, namun bukan
berarti dengan persepsi manfaat yang rendah akan selalu memiliki komitmen yang
rendah. Kondisi ini bisa terjadi karena persepsi manfaat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
Salah satu faktor menurut penulis adalah
individu tidak cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam
beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif. Sehingga keuntungan dari
penampilan perilaku bisa intrinsik atau ekstrinsik tidak responden dapatkan.
Misalnya responden tidak melakukan
olahraga yang teratur, tetap merokok, tetap minum alkohol, obesitas dan tetap
mengkonsumsi garam.
2. Hubungan Persepsi Rintangan
dengan Komitmen
Pada
penelitian ini, hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan
bahwa persepsi tentang rintangan
penderita hipertensi terbukti signifikan (p-value=0,000) atau merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi dan mempunyai nilai Odds ratio (OR) sebesar 7,955. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yamg mempunyai
persepsi tentang tidak adanya rintangan maka kemungkinan akan
berkomitmen sebesar 7,955 kali
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang mempunyai persepsi ada rintangan.
Hubungan
antara faktor resiko penyakit hipertensi
juga telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Hasil penelitian Dongol H, (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan garam dengan
kejadian hipertensi dengan P value 0,002.
Berdasarkan
hasil penelitian dan uraian teori
diatas, maka jelaslah bahwa persepsi rintangan menentukan komitmen bagi
penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan persepsi tidak ada rintangan akan selalu memiliki komitmen yang baik atau
berkomitmen karena bisa terjadi penderita hipertensi dengan persepsi tidak ada rintangan
yang rendah mempunyai komitmen yang baik. Kondisi ini bisa terjadi karena
persepsi rintangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
3.Hubungan
Persepsi Kemampuan Diri dengan Komitmen
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa persepsi kemampuan diri terbukti berpengaruh secara signifikan dengan
komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,006). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR
sebesar 3.957 artinya penderita hipertensi yang kemampuan diri tinggi akan
meningkatkan komitmen pencegahan tersier yang lebih baik sebesar 3,957 kali
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki kemampuan diri rendah
pada pencegahan tersier penyakit hipertesni.
Menurut Bandura dalam Pender (2002)
kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan utama
menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki seseorang tetapi keputusan yang
diambil seseorang dari skill yang dia miliki. Keputusan efficacy seseorang
diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan
dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya: perilaku yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas, maka jelaslah bahwa
kemampuan diri menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan
berarti dengan kemampuan diri yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang
baik karena bisa terjadi kemampuan diri rendah mempunyai komitmen yang baik.
Kondisi ini bisa terjadi karena kemampuan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
4.Hubungan Sikap dengan Komitmen
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara
signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 5,283
artinya penderita hipertensi yang bersikap positif akan meningkatkan komitmen
yang lebih baik sebesar 5,283 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi
yang memiliki sikap negatif pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Sembiring (2010) tentang perilaku penderita hipertensi
terhadap pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Brastagi menunjukkan
bahwa sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan sedang sebanyak 84,6% dan yang
mempunyai tingkat kepatuhan tinggi sebanyak 13,8% dan yang mempunyai tingkat
kepatuhan tingkat rendah sebanyak 1,5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa sikap berperan dalam menentukan komitmen
bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan sikap yang positif akan
selalu memiliki komitmen yang baik karena sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
atau reaksi tertutup.
5.Hubungan Pengaruh interpersonal dengan Komitmen
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa pengaruh interpersonal terbukti berpengaruh secara signifikan dengan
komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,003). Pada
hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 6,000 artinya penderita hipertensi
yang mempunyai pengaruh interpersonal yang tinggi akan meningkatkan komitmen
yang lebih baik sebesar 6,000 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi
yang memiliki pengaruh interpersonal yang rendah pada pencegahan tersier
penyakit hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Herlina L dkk (2010) pada
keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi di Wilayah
Kecamatan Koja Jakarta Utara dengan sampel 99 responden. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara dukungan emosional, dukungan penghargaan,
informasi, dan instrumental dengan perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi dengan nilai (p<0,05). Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa
dukungan informasi merupakan faktor yang dominan terhadap perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi. Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan lansia.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa pengaruh interpersonal berperan dalam
menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan pengaruh
interpersonal yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang baik karena pengaruh
interpersonal bukan merupakan yang menetap tetapi kondisi ini bisa terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
6.Hubungan Pengaruh Situasional dengan Komitmen
Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara
signifikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 6,923
artinya penderita hipertensi yang mendapatkan pengaruh situasional tinggi akan
meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 6,923 kali dibandingkan dengan
penderita hipertensi yang memiliki pengaruh situasional rendah pada pencegahan
tersier penyakit hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh (Tumenggung I) tentang hubungan dukungan
sosial keluarga dengan kepatuhan diet pasien hipertensi yang dilakukan pada 30
orang pasien hipertensi yang dirawat inap di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango diperoleh hasil bahwa dukungan
sosial keluarga sebagian besar berkategori baik (86,7%), dan kepatuhan diet
pasien hipertensi sebagian besar juga berkategori baik (80%). Uji statistik
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan
kapatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan diet, dengan nilai p = 0,001 pada
α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa pengaruh situasional tinggi berperan
dalam menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan
pengaruh situasional yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang baik karena
pengaruh situasional bukan merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup.
7. Faktor Yang Paling
Dominan Yang Berhubungan Dengan Komitmen
Hasil analisis multivariat menunjukkan
bahwa sikap terbukti berpengaruh secara signifikan dengan komitmen pencegahan
tersier penyakit hipertensi (p-value=0,000). Pada hasil analisis juga didapatkan
nilai OR sebesar 12,521 artinya penderita hipertensi yang mempunyai persepsi
sikap yang positid akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 12,521
kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki persepsi sikap
negatif pada pencegahan tersier penyakit
hipertensi.
Faktor sikap
menunjukkan bahwa lebih dominan dibandingkan dengan faktor persepsi manfaat,
rintangan, kemampuan diri, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional.
Kondisi ini menurut peneliti disebabkan karena seseorang jika mempunyai sikap positif yang berarti dalam pencegahan tersier penyakit
hipertensi maka secara otomatis persepsi manfaat, rintangan, kemampuan diri,
pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional pada seseorang juga baik dan
tinggi.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Ada hubungan persepsi manfaat dengan
komitmen (p value = 0,000, OR=7,045).
2. Ada hubungan persepsi rintangan
dengan komitmen (p value = 0,001,
OR=6,600).
3. Ada hubungan persepsi kemampuan diri
dengan komitmen (p value = 0,017, OR=5,278).
4. Ada hubungan sikap dengan komitmen (p value = 0,000, OR=8,538).
5.Ada hubungan pengaruh interpersonal dengan komitmen (p value = 0,003, OR=6,000).
6. Ada hubungan pengaruh situasional dengan komitmen (p value = 0,001, OR=6,923).
7.
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier
penyakit hipertensi adalah sikap (p-value=0,000, OR=12,521 CI;95% 3,027-51,795).
REKOMENDASI
1. Masyarakat perlu
menambah informasi mengenai cara berkomitmen dalam pencegahan tersier
penyakit hipertensi dan perlu merubah perilaku tidak merokok, tidak minum
alkohol, tidak mengkonsumsi garam dan berolahraga agar tidak terjadi komplikasi
dari penyakit hipertensi. Konsekwensi bila tidak melakukan pencegahan tersier
penyakit hipertensi adalah penyakit
stroke, gagal jantung, insufisiensi ginjal. Untuk itu perlu komitmen yang baik
dalam upaya pencegahan tersier penyakit hipertensi.
2.Perlu
ditingkatkan program promosi kesehatan pada masyarakat dalam pencegahan
tersier/komplikasi penyakit hipertensi di masyarakat melalui media masa maupun elektronik. Penyuluhan dan kunjungan rumah pada pasien
hipertensi perlu dilakukan dalam rangka memantapkan program pencegahan tersier
penyakit hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
ACC AHA (2011), (Expert Consensus Document on Hypertension
in The Elderly, Journal of the American
Col lege of Cardiology (JAAJ).
Arikunto, S (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Budiarto-Eko (2001) Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
EGC.
Jakarta.
Depkes RI, Sepuluh besar penyakit terbanyak rawat jalan se-Indonesia 2011
Dinas Kesehatan Kota Metro, Sepuluh Besar Penyakit Pada Tahun 2011
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Data
Penyakit Pada Tahun 2011
Davidson (2000), Depression
Symtoms predict Early Hypertension Incidence In
Young Adults.
Hadi, D
(2008), Skripsi, Hubungan obesitas dan asupan garam terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki
40 tahun keatas studi di puskesmas padangsari banyumanik Semarang, UNES.
Elisabeth (2011), Skripsi, Faktor-faktor
yang berhubungan dengan hipertensi
pada lansia di posyandu
lansia wilayah kerja puskesmas parsoburan
kecamatan
siantar marihat pematangsiantar.
Harris
(2000), Riset, Association of Fat Distribution and Obesity With Wong,
Obesity,Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men.
Herlina L, dkk (2010), Hubungan Dukungan Keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi.
Hastono, S (2004),
Analisis Data, Universitas
Indonesia, Jakarta
Health G (2012),
Hipertension,Ny Times Helt
Hidayat A (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Kannel WB (1996), Blood pressure as a cardiovascular risk
faktor, J Am Med Assoc.
Kearney PM (2005), Role
of blood Pressure in the development of congestive heart
failure. N Eng J Med.
Ludiana (2011), Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku makan pada
penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Pujokerto
Kecamatan Trimurjo
Lampung Tengah Tahun
2011, UNIMAL.
Mansjoer (2001), Kapita selekta Kedokteran, Jilid I Media
aesculapius
Jakarta.
Maryann
(2003), Trangeneration al
Persistence of Education as a Helt Risk.
Meylina (2005),Thesis, Analisis
faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan
pembuluh darah di Indonesia, IPB Bogor.
Neil N (2000), Psiologi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan.Ed-Rev, PT Rineka
Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo,S (2010), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Rineka Cipta,
Jakarta.
Permana H
(2004), Pengobatan Hipertensi pada Diabetes
Mellitus Tipe 2. FK UNPAD Pender (2002), Health Promotion, Lippincoot William & Wilkins.
P2PTM
(2006), Survey Keterpaparan Faktor Resiko
Penyakit Tidak Menular Pada
Masyarakat, Dinas Kesehatan Jateng,
Sembiring (2010), Skripsi, Perilaku
penderita hipertensi terhadap upaya
pencegahan komplikasi di wilayah kerja puskesmas berastagi, USU.
Suyitno S (1989), Pencegahan penyakit dalam peningkatan Tumbuh Kembang
Anak, UNDIP
Stranges
(2004), Riset, Relationship Of Alkohol Dringking Pattern to Risk Of
Hypertension
Sugiyono (2010), Statistika untuk Penelitian. Edisi 11,
Alfabeta,
Bandung,
Smeltzer,C.Suzane, (2002), Keperawatan Medical
Bedah, EGC, Jakarta.
The American Heritage (2000) Dictionary of the English Language, Fourth Edition
Houghton Mifflin Company,
Tumenggung,
Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi di RSUD
Toto Kabik Kabupaten Bone Bolonge
Udjianti,W
(2010). Keperawatan Kardivaskular,
Salemba Medika, Jakarta.
Yuliana,
S (2007),Skripsi, Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki pada laki-laki usia
40 tahun ke atas di badan
Rumah Sakit Daerah Cepu, UNES.
Wadirjono,(2010). Analisis Statistika Multivariat terapan, Unit Penerbit dan
pencetakan
Sekolah tinggi Ilmu managemen YKPN, Yokyakarta.
William L.(2008) Understanding
Medical Surgical Nursing, Third Edition F.A
Davis Company, America.
Wolff (2008), Hipertensi; Cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Sejak Dini
(Terjemahan), PT. Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Wong (2000), Riset, Obesity, Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men.