Senin, 09 November 2015

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT


PELATIHAN KADER PENGENDALIAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MULYOJATI KOTA METRO TAHUN 2015

log akper baru







Oleh:

JANU PURWONO, S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIK006003026





AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO
KOTA METRO
2015


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menurut  American Heart Association (AHA) angka kejadian hipertensi di Amerika  tahun  2011  pada populasi umur diatas 18 tahun di temukan 27% mengalami hipertensi baik pria maupun wanita dan angka kejadian akan bertambah dengan umur. Angka kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada African Americans, khususnya wanita, kemudian pada kulit hitam lebih tinggi dibandingkan kulit putih (AHA, 2011).

Penyakit hipertensi di Indonesia pada tahun 2010 menduduki urutan ke tujuh  dari 10 besar penyakit terbanyak rawat inap se-Indonesia. Adapun prosentase sepuluh penyakit terbesar tersebut sebagai berikut: diare dan gastritis (21,5%), demam berdarah dengue (17,7%), demam tifoid dan paratifoid (12,3%), penyakit kehamilan dan persalinan (12,2%), dispepsia (7,4%), cedera (6,5%), hipertensi esensial (5,9%), cidera intrakranial (5,8%), infeksi saluran nafas bagian atas (5,4%), pneumonia (5,1%)  ( Depkes RI 2011).

 Sepuluh besar penyakit di provinsi Lampung pada tahun 2011 adalah Influenza (45,4%), diare (23,95%), hipertensi (15,89%), tifus perut kronis (4,83%), malaria klinis (2,52%), tersangka TB paru (2,44%), diare berdarah (2,17%), diabetes mellitus (1,19%), TBC paru BTA positif (0,79%), pneumonia (0,78%). Dari data diatas  hipertensi menduduki urutan ketiga, dengan jumlah 81.006 orang (15,9%)  (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2011).

Menurut  Survey  terpadu Penyakit (STP) 10 penyakit besar di Puskesmas Kota Metro pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember hipertensi menduduki peringkat keempat dengan jumlah 10632 orang (8,23%).Adapun data sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas se-kota metro tahun 2011 sebagai berikut: Infeksi akut lainnya (41,1%), gastritis (14,5%), penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat (12,5%), penyakit tekanan darah tinggi (8,23%), penyakit lainnya pada pernafasan bagian atas (6,4%), penyakit kulit alergi (6,34%), diare (3,09%), penyakit mata lainnya (2,79%), gangguan gigi dan jaringan penyangga lainnya (2,68%), penyakit pulpa dan jaringan periapikal (2,38%). Frekuensi penyakit hipertensi yang tertinggi se-Kota Metro terdapat pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas  Metro kota yaitu 3.193 orang pada tahun 2011 (Dinas Kesehatan Kota Mero, 2011).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang di tujukan oleh angka sistolic (bagian atas) dan diastole (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat ukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ataupun alat digital  (Smeltzer, 2002).

Menurut William (2007)  terdapat dua faktor resiko pada penyakit hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Faktor yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, ras dan etnik dan penyakit diabes mellitus. Sedangkan faktor yang dapat diubah atau dikendalaikan adalah obesitas, mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok.
     Berdasarkan penelitian yang saya lakukan dengan judul penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Se-Kota Metro menujukkan: tidak ada hubungan persepsi manfaat dengan komitmen , ada hubungan persepsi rintangan dengan komitmen,  ada hubungan persepsi kemampuan diri dengan komitmen, ada hubungan  sikap dengan komitmenFaktor yang paling dominan berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah persepsi rintangan.

1.2  Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mengajarkan pengendalian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesma Mulyojati Kota Metro.

1.2.2        Tujuan khusus
a.Meningkatkan  pemahaman masyarakat tentang Hipertensi.
b.Meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan tekanan darah
c.Mampu melakukan pengukuran tekanan darah

1.3      Manfaat
1. Institusi
Hasil penelitian ini dapat memberikan atau menambah informasi dan data dasar mengenai komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi dan selanjutnya dapat dipakai sebagai pertimbangan penanganan dan penatalaksanaan terhadap penyakit hipertensi di masyarakat dan dapat juga direncanakan program-program kesehatan yang mendukung komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi pada masyarakat.

2. Masyarakat khususnya Penderita Hipertensi
Bahan kepustakaan untuk memberikan informasi tentang komitmen pencegahan tersier sehingga masyarakat bisa mengetahui serta memahami tentang penyakit hipertensi untuk selanjutnya dapat berprilaku hidup sehat.

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1    Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).


2.2  Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi

Katagori
Sistolik mmHg
Diastolik mmHg
     Normal
Normal tinggi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 ( berat)
Stadium 4 ( sangat berat)
            < 130
130-139
140-159
160-179
180-209
≥ 210
                 < 85
85- 89
90- 99
100-109
110-119
≥ 120
(Smeltzer 2002 : 897)
2.3  Etiologi Hipertensi
 Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu
a.   Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5 – 10% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, koartatioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
b.      Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Diperkirakan 90% hipertensi yang laporkan termasuk ke dalam hipertensi primer. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya hipertensi primer ini, antara lain: genetik, lingkungan, kurang aktifitas fisik, gangguan susunan syaraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, hiperkolesterol, asupan garam dengan kadar tinggi, diet tinggi lemak, stress (Mansjoer et al, 2000: 518).
c.       Selain yang disebutkan diatas, faktor yang dianggap meningkatkan resiko hipertensi yaitu: keturunan (genetik), jenis kelamin, ras, dan umur. Disamping itu beberapa peneliti menghubungkan kejadian hipertensi dengan tingkat sosial dan budaya penduduk, namun masih banyak perbedaan hasil antara peneliti satu dengan yang lainnya.
2.4  Faktor Resiko Hipertensi
Menurut William (2007) faktor risiko adalah karakteristik, tanda dan gejala penyakit yang terdapat pada individu dan kelompok masyarakat, yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden dari suatu penyakit. Terdapat dua faktor resiko pada penyakit hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan.
Beberapa faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah:
a.    Riwayat keluarga dengan Hipertensi
Hipertensi biasanya  terjadi pada masyarakat dengan riwayat keluarga dengan hipertensi. Rasionya, seseorang dengan riwayat keluarga dengan mempunyai hipertensi dua kali beresiko terjadi hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi. Penduduk dengan riwayat keluarga mempunyai hipertensi seharusnya melakukan kontrol tekanan darah secara rutin (William,2007:376).
b.   Umur
Umur seseorang hampir sama dengan keluarga dengan riwayat hipertensi sebab keturunan mereka dan faktor lingkungan dan gaya hidup.Proses penuaan berhubungan dengan naiknya tekanan darah pada seseorang. Pada seseorang yang lanjut usia terdapat plague  dalam arteri dan bekuan darah, hal ini menyebabkan pembuluh darah tidak elastis, hal ini menyababkan jantung bekerja lebih keras untuk memompakan darah ke pembuluh darah. Jika terjadi perubahan peningkatan tekanan  oleh jantung maka akan menyebabkan tekanan sirkulasi dan tekanan darah meningkat (William,2007:376).
c.    Ras dan etnik
Hypertensi merupakan masalah serius pada penduduk afrika amarika di negara amaerika.Kurang lebih 5 juta dari 26 juta afrika amerika yang tinggal di Amerika menderita hipertensin (William,2007:37
d.   Diabetes Mellitus
Beberapa usia dewasa dengan penyakit diabetes mellitus  juga mempunyai hipertensi. Faktor resiko hipertensi dengan riwayat keluarga dengan diabetes dan obesitas adalah lebih besarterjadi dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai riwayat keluarga.Modifikasi gaya hidup dan minum obat dengan rutin dapat mencegah terjadinya sakit jantung, stoke, sakit ginjal yang disebabkan karena gula darah yang tinggi dan tekanan darah yang tinggi (William, 2007:376).

Beberapa faktor risiko yang dapat diubah atau dikontrol yang menyebabkan penyakit hipertensi adalah :
a.    Obesitas
Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di mana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri (William,2007:377).
b.   Olahraga / Aktifitas Fisik
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu (William,2007:378).
c.    Kebiasaan Merokok
    Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang lbih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok  (William,2007:378).
d.   Konsumsi Garam
     Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu terjadinya hipertensi  (William,2007:376).
e.    Kebiasaan Minum Alkohol
     Kebiasaan minum-minuman beralkohol 3 sampai beberapa gelas perhari dapat menambah resiko terjadinya hipertensi sebab penyebab tidak turunnya hipertensi walaupun dilakukan terapi.Petugas kesehatan menanyakan berapa gelas alkohol dikonsumsi, jika mengkonsumsi 1 oz alkohol per hari pada laki-laki (2 gelas) dan ½ oz per hari (satu gelas). Satu gelas sama dengan 12 oz pada minum beer, 1,5 pada 80  . Tekanan darah kemungkinan menurun bahkan normal jika konsumsi alkohol dikurangi  (William,2007:376).

2.5    Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung (overload) sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kiri sebagai proses kompensasi atau adaptasi. Hipertrofi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan dinding dan penambahan masa ventrikel kiri. Selain pertumbuhan miosit dijumpai juga penambahan struktur kolagen berupa fibrosis pada jaringan interstisial dan perivaskuler fibrosis reaktif koroner intramikardial. Hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi pada hipertensi mula-mula merupakan proses adaptasi dengan penambahan beban yang berlangsung terus menerus  (Suyono, 2001;455).

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak syaraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolimna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomenRangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak di bawah melalui system syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglia asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan dilepasnya norepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagi factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokentriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dangan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang sehingga mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi, medulla adrenal mensekri kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Sehingga rennin tersebut merangsang pembentukan angiotonsin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, hormon ini retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan volume intravaskuler meningkat  (Smeltzer, 2002: 896).
  
2.6    Tanda Dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi menurut Udjianti ( 2010) sebagai berikut:
a. Peningkatan tekanan darah ≥ 140/90mmHg,
b. Sakit kepala( Rasa berat di tengkuk)
c. Sukar tidur
d. Pandangan kabur lemas dan cepat lelah
c. Tinnitus (Telinga berdengung)
d. Cepat marah
e. Epistaksis
d. Nausea
e. Vomiting
f. Nyeri dada 

2.7  Komplikasi Hipertensi
Resiko hipertensi yang tidak diobati adalah besar sekali, diantaranya adalah:
Pendarahan retinagagal jantung kongestif, insufisiensi ginjal, cedera serebrovaskuler (CVA: cerebrovasculer accident) atau stroke (Smeltzer, 2002: 907).

2.6 Pengobatan Hipertensi
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler, mortalitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi (Mansjoer et al, 2000: 519).

Kelompokresikodikategorikanmenjadi:                                                                                                                       
a. Kelompok resiko A
Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2, atau 3, tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, atau faktor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat anti hipertensi.
b.  Kelompok resiko B
 Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa faktor, maka harus langsung diberikan obat anti hipertensi.
c. Kelompok resiko C
Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
Tabel 2.2
Penatalaksanaan Penderita Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi Resiko
Tekanan darah
Kel. Resiko A
Kel. Resiko B
Kel.Resiko C
130-139/85-89
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan obat
140-189/90-99
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan obat
> 160/>100
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
Sumber: Mansjoer et al, 2000: 520
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardiovaskuler dengan biaya sedikit, dan resiko minimal. Tatalaksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat anti hipertensi, karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah lain yang dianjurkan antara lain menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh > 27), membatasi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik (aerobik 30 – 45 menit.hari), mengurangi asupan natrium (< 100 mmol/hari), mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari), mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
BAB III
METODE PENGABDIAN MASYARAKAT

A.  Jenis Pengabdian
Jenis pengabdian  masyarakat yang dilakukan adalah pelatihan kader pengendalian hipertensi pada masyarkat di wilayah kerja puskesmas Mulyojati kota metro.

B.  Waktu dan Tempat Pengabdian
Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada  hari kamis tanggal 12 febuari 2015 di ruang aula puskesmas Mulyojati Kota Metro

C.  Subjek Pengabdian
Subyek pengabdian masyarakat  adalah kader kesehatan diwilayah puskesmas kota metro dengan jumlah peserta pelatihan 14 orang.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil pelatihan kader yang diselenggarakan pada tanggal 12  febuari 2015 didapatkan hasil sebagai berikut:
1.      Pelatihan kader pengendalian hipertensi dibuka dan dan dihadiri oleh bapak Prio edi,SKM selaku kasi promosi kesehatan  puskesmas mulyojati kota metro.
2.      Pelatihan dihadiri oleh 14 orang kader kesehatan diwilayah puskesmas Mulyojati Kota Metro.
3.      Tempat pelaksanaan pelatihan di aula puskesmas Mulyojati Kota Metro
4.      Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 12 febuari 2015,  waktu pelaksanaan dari jam 09.00 s.d 12.00 WIB.
5.      Pelatihan sesi pertama pada pukul 09.00 s/d 10.00 dengan materi tentang hipertensi dan cara pengukuran tekanan darah kemudian dilanjutkan sesi kedua pada pukul 10.15 WIB dengan materi praktik pengukuran tekanan darah.
6.      Sesi pertama tentang materi hipertensi peserta 90% dapat memahami materi yang diberikan.
7.      Sesi kedua tentang materi praktek pegukuran tekanan darah peserta 90% dapat mempraktikkan cara pengukuran tekanan darah dengan benar.

4.2 Pembahasan
1.Komitmen peserta
Dari evaluasi yang dilakukan pada peserta kurang lebih 90%  dapat memahami materi tentang hipertensi dan cara pengukuran tekanan darah. Kondisi pelaksanaan pengabdian tentang pengendalian hipertensi juga dapat ditunjukkan dengan komitmen peserta dalam mengikuti pelatihan pengendalian hipertensi. Hal ini ditunjukkan dengan komitmen peserta mengikuti pelatihan secara penuh waktu dari awal sampe akhir pelatihan.
Definisi komitmen menurut kamus besar bahasa indonesia adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu (kontrak) dan mempunyai nilai rasa  positif. Komitmen dalam mengikuti pelatihan  penyakit hipertensi dapat ditunjukkan dari hasil pengabdian. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta yang berkomitmen (100%)  dalam mengikuti pelatihan pengendalian hipertensi pada masyarakat diwilayah kerja puskesmas Mulyojati Kota Metro.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa peserta berkomitmen terhadap pengendalian hipertensi pada masyarakat di wilayah puskesmas Mulyojati Kota Metro. Kondisi ini menurut penulis dikarenakan masyarakat merasa perlu dan mau melakukan program pengendalian penyakit hipertensi.
2 Persepsi Manfaat bagi peserta
Menurut Pender (2002) persepsi manfaat adalah manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung mendetermin rencana kegiatan untuk mencapai manfaat sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau reinforcement positif bagi perilaku. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta pelatihan yang berpersepsi ada manfaat (90%) dibandingkan dengan yang berpersepsi tidak ada manfaat.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa peserta pelatihan kader diwilayah puskesmas Mulyojati Kota Metro mempunyai persepsi ada manfaat terhadap pengendalian penyakit hipertensi. Kondisi ini menurut penulis ditunjukkan dari masyarakat yang sudah tau, mau dan mampu melaksanakan  mengendalikan penyakit hipertensi.
3. Persepsi Kemampuan Diri
Menurut Bandura dalam Pender (2002) kemampuan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki seseorang tetapi keputusan yang diambil seseorang dari skill yang dia miliki. Keputusan efficacy seseorang diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta yang berpersepsi kemampuan diri tinggi (80%) dibandingkan dengan yang berpersepsi tidak berkemampuan diri.Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kader kesehatan diwilayah kerja puskesmas mulyojati mempunyai persepsi Tinggi tentang kemampuan dirinya terhadap pengendalian penyakit hipertensi. Kondisi ini menurut penulis dikarenakan masyarakat sudah tau, mau dan mampu mengendalikan penyakit hipertensi.
4.  Sikap
            Sikap menurut Pender (2002) adalah respons emosional dan status fisiologis selama perilaku sebagai sumber dari informasi efficacy. Sikap pengaruh aktifitas diajukan sebagai mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung atau tidak langsung melalui efficacy diri dan komitmen pada rencana kegiatan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta pelatihan yang bersikap positif (95%) dibandingkan dengan yang bersikap negatif. Terbukti bahwa peserta pelatihan yang bersikap  positif dalam pengendalian hiertensi lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mulyojatiKota Metro mempunyai sikap positif terhadap pengendalian penyakit hipertensi. Kondisi ini menurut penulis dikarenakan masyarakat sudah tau, mau dan mampu melaksanakan program pengendalian  penyakit hipertensi.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pelatihan kader pengendalian hipertensi dapat disimpulkan:
1.      Kader(peserta) dapat memahami tentang hipertensi dan cara mengukur tekanan darah.
2.      Sebagian besar kader(peserta) berkomitmen dalam pengendalian hipertensi .
3.      Sebagian besar kader(peserta) merasakan manfaat dalam pengendalian hipertensi .
4.      Sebagian besar kader(peserta) mempunyai kemampuan diri dalam pengendalian hipertensi .
5.      Sebagian besar kader(peserta) mempunyai sikap yang positif  dalam pengendalian hipertensi .

5.2    Saran
1.      Bagi peserta pelatihan kader perlunya aplikasi pengendalian hipertensi pada masyarkat disekitar lingkungannya
2.      Perlunya pelatihan kader untuk pengendalian penyakit penyakit; Diabetes mellitus, DHF dan lainnnya.


Daftar Pustaka

ACCF/AHA (. Expert Consensus Document on Hypertension in The Elderly, Journal of the American College of Cardiology (JAAJ), 2011
Depkes RI,  Data Kejadian Penyakit Pada Tahun 2011
Dinas Kesehatan Kota Metro, Sepuluh Besar Penyakit Pada Tahun 2011
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Data Penyakit Pada Tahun 2011
Davidson, Depression Symtoms predict Early Hypertension Incidence In Young  Adults, 2000
Dongol,  Hubungan obesitas dan asupan garam terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki 40 tahun keatas studi di puskesmas padangsari banyumanik Semarang, Skipsi, UNES, 2008
Elisabeth,  Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas parsoburan kecamatan sianta marihat pematangsiantar,Skripsi 2011

Harris, Association of Fat Distribution and Obesity With Wong, Obesity,
Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men, Riset, 2000

Hastono, Analisis Data, Universitas Indonesia, Jakarta 2004
Kannel WB,  Blood pressure as a cardiovascular risk faktor, J Am Med Assoc. 1996
Kearney PM, Whelton WP, Mc Namara PM, McKee PA, Feinleib M (2005). Role of blood Pressure in the development of congestive heart failure. N Eng J Med

Mansjoer, Kapita selekta Kedokteran, Jilid I Media aesculapius Jakarta, 2001
Maryann, Trangeneration al Persistence of Education as a Helt Risk, 2003
Meylina,  Analisis faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung
                dan pembuluh darah di Indonesia, IPB Bogor,   Thesis, 200
Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan.Ed-Rev, PT Rineka Cipta, Jakarta2002
Permana H. Pengobatan Hipertensi pada Diabetes Mellitus Tipe 2. FK UNPAD 2004
Pender,  Health Promotion, Lippincoot William & Wilkins 2002
P2PTM, Survey Keterpaparan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Pada Masyarakat, Dinas Kesehatan Jateng, 2006
Sembiring,  Perilaku penderita hipertensi terhadap upaya pencegahan komplikasi
            di wilayah kerja puskesmas berastagi, USU,  Skripsi, 2010
Suheni,  Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada
              laki-laki pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di badan Rumah Sakit
              Daerah Cepu, UNES, Skripsi, 2007
Stranges,  Relationship Of Alkohol Dringking Pattern to Risk Of Hypertension, Riset 2004
Smeltzer,C.Suzane, Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta. 2002
The American Heritage.  Dictionary of the English Language, Fourth             Edition  Houghton Mifflin Company, 2000
Udjianti,W (2010). Keperawatan Kardivaskular.Salemba Medika Jakarta
William L. Understanding Medical Surgical Nursing, Third Edition F.A Davis Company,
              America, 2008
Wolff,Hipertensi; Cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini (Terjemahan), PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta, 2008
Wong, Obesity, Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men, Riset,2000









                                                      
Foto saat memberikan materi pelatihan kader. Berdiri (janu), ditengah(Ludiana sebagai tim).bapak priyo SKM selaku pegawai puskesmas Mulyojati Metro

 p
Foto Peserta pelatihan berjumlah 15 orang kader diwilayah puskesmas Mulyojati Metro




                                                                                                                                                                               

        


                                      















0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget