Minggu, 31 Januari 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN  KECEMASAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKPER DHARMA WACANA METRO
ANGKATAN XXIII SAAT PERTAMA TINGGAL DI ASRAMA


Janu Purwono
Dosen Akper Dharma Wacana Metro

ABSTRAK

Latar Belakang: Kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subyektif dari seseorang. Kecemasan juga dapat diartikan suatu keadaan yang membuat  seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.Tujuan penelitian  adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan mahasiswa program studi  DIII Keperawatan Akper Dharma wacana Metro Angkatan XXIII saat pertama tinggal di asrama
Metode: Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan Studi Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 responden. Data diperoleh dengan tehnik wawancara menggunakan kuesioner. Analis data menggunakan Uji Chi square, dengan tingkat kepercayaan 95% dan multipel regresi logistik.
Hasil:  penelitian  menunjukkan bahwa ada hubungan variabel  tempat tinggal  (p-value = 0,028), hubungan interpersonal (p-value = 0.028), penyesuaian diri (p-value = 0,019) dengan kesemasan, dan tidak ada hubungan persepsi makanan (p-value = 1,000) dan tekanan kelompok (p-value = 0,131). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kecemasn adalah penyesuaian peran diri (OR = 2,012). 
Kesimpulan: Tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian diri  berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro

Kata Kunci     : Tempat tinggal, hubungan interpersonal, penyesuaian peran diri, kecemasan


ABSTRACT

Background: Anxiety is an emotional and subjective experience of a person. Anxiety can also be interpreted a condition that makes a person uncomfortable and divided into several levels. So anxiety associated with feelings of uncertainty and not berdaya.Tujuan study is to determine the factors associated with anxiety student of Nursing Nursing DIII Dharma discourse Force XXIII Metro first time staying in a dorm.
Methods: This research is a quantitative approach Cross Sectional Study. The samples used by 40 respondents. Data were obtained by interview techniques using questionnaires. The data were analyzed using Chi-square test, with a confidence level of 95% and multiple logistic regression.
Results: The study showed that there is a relationship variables residence (p-value = 0.028), interpersonal relationships (p-value = 0.028), the adjustment (p-value = 0.019) with anxiety, and no relationship perception of food (p-value = 1.000) and pressure groups (p-value = 0.131). The most dominant factor related to anxiety is the role of self-adjustment (OR = 2.012).
Conclusion: A place to stay, interpersonal relationships, self-adjustment associated with anxiety on Nursing student Dharma Wacana Metro

Keywords: residence, interpersonal relationships, self-adjustment role, anxiety








LATAR BELAKANG
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri (Mu’tadin, 2002).
Setiap individu memiliki reaksi yang bersifat individual dalam menghadapi suatu keadaan diantaranya kecemasan. Kecemasan adalah suatu respon emosional tanpa objek khusus yang ditimbulkan oleh semua pengalaman-pengalaman baru yang tidak diketahui dan mendahuluinya seperti ; masuk sekolah, memulai pekerjaan baru dan melahirkan seorang bayi (Sundeen, 1995).
Kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subyektif dari seseorang. Kecemasan juga dapat diartikan suatu keadaan yang membuat  seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati, 2010)
      Sundeen, (2014)  menyatakan bahwa respon yang adaptif dari kecemasan dapat memotivasi individu untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas, sementara  respon maladaptif akan menyebabkan individu mengalami kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
            Tingkat kecemasan menurut Stuart dan Sundeen, (2014) terdiri dari cemas ringan, sedang, berat dan panik, tingkat kecemasan ringan dan sedang merupakan respon adaptif, sedangkan tingkat kecemasan berat dan panik merupakan respon maladaptif.
            Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 responden mahasiswa DIII Keperawatan Akademi keperawatan Dharma wacana Metro angkatan XXII yang telah meninggalkan asrama, peneliti mendapatkan bahwa kondisi psikis dan fisik mahasiswa (1-2 bulan) masuk awal di asrama Akademi Keperawatan Dharma wacana Metro menunjukan adanya 6 responden merasa perasaan cemas, rasa tidak aman, tegang, gugup dan 4 responden merasakan salah satu kondisi diatas. Diantara keempat kondisi tersebut salah satu respon psikis yang sering timbul pada mahasiswa adalah kecemasan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sunaryo, (2004) bahwa ciri-ciri psikologik dari kecemasan meliputi; kehawatiran, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman dan lekas terkejut. Kondisi fisik yang dialami oleh mahasiswa (1-2 bulan) awal masuk asrama  menunjukan bahwa mahasiswa menjadi susah untuk tidur, jantung berdebar-debar, tangan berkeringat dan gangguan fisik lainnya berupa capek dan letih.
            Mahasiswa DIII Keperawatan Akper Dharma Wacana  angkatan XXIII  mengalami juga kondisi dimana terjadi kenaikan atau ketegangan emosional karena dirasakan serba baru dalam hal tinggal di asrama. Walapun memiliki intensitas atau derajat kecemasan  yang berbeda dalam menghadapi stimulus yang sama. Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa DIII Keperawatan Akper Dharma Wacana angkatan XXIII merupakan respon emosional sebagai dampak dari proses adaptasi terhadap kondisi lingkungan  yang baru akan mereka hadapi.
            Melihat kondisi yang terjadi pada mahasiswa DIII Keperawatan Akper Dharma Wacana angkatan XXIII  adanya tanda dan gejala kecemasan (1-2 bulan) tawal tinggal di asrama karena dianggap merupakan suatu kondisi yang baru bagi mahasiswa. Dari fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa program studi DIII Keperawatan Akper Dharma wacana Metro Angkatan XXIII saat pertama tinggal di asrama.  

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuantitatif yang dilakukan dengan survey.  Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berhungan dengan kecemasan mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro. Penelitian ini dilakukan di Program studi DIII Akper Dharma wacana Metro. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatori dengan pendekatan Studi Cross Sectional.
            Populasi penelitian adalah mahasiswa angkatan XXIII Akper Dharma Wacana Metro populasinya adalah 113 responden.
            Pengambilan sampel menggunakan metode Total sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen yaitu:  variabel independen: Tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian diri, Tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian diri, persepsi makanan, tekanan kelompok sedangkan variabel dependennya penelitian ini adalah kecemasan.
Teknik Pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisa data  menggunakan analisa univariat . Analisa suatu variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi. Untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua variabel dilakukan uji Kai Kuadrat/Chi Square.

Hasil Penelitian
Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Karakteristik

Variabel
Jumlah
%
Usia


16 - 20  tahun
110
97,34
   21- 25  tahun
3
2, 66
  Jumlah
113
100



Jenis Kelamin


Lak-laki
34
30,08
Perempuan
79
69,92
Jumlah
113
100



Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 113 responden sebagian besar berumur £ 20 tahun (97,34%), responden perempuan lebih banyak yaitu mencapai 79 orang (69,92%),

Analisa Bivariat
Hasil pengujian statistik pada variabel persepsi makanan dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p-value = 1.000 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi makanan dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Pengujian statistik pada variabel persepsi tempat tinggal dengan menggunakan uji chi square yang juga dapat dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.028 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi tempat tinggal dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Demikian juga pada varibel persepsi hubungan interpersonal hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.028 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi hubungan interpersonal dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Begitupun juga pada variabel penyesuaian peran diri hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.019 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa  ada hubungan yang bermakna antara faktor penyesuaian peran diri dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Pada variabel tekanan kelompok hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.131 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor tekanan kelompok dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Analisa Multivariat
Berdasarkan analisa multivariat menggunakan   tehnik regresi linier terlihat 1 variabel yaitu penyesuaian peran  diri yang mempunyai nilai  p-value > 0,05 hasil analisis variabel yang paling dominan adalah penyesuaian peran baru dengan OR sebesar   2.012.

PEMBAHASAN
1.  Distribusi Frekwensi Tentang Umur, Jenis Kelamin

            Umur atau usia adalah masa hidup responden yang dinyatakan dalam tahun sesuai dengan pernyataan responden. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden saat mengadakan penelitian. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan  tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoadmodjo, 2003).
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang  berumur diatas 16-20 tahun (97,94%), jenis kelamin perempuan  (69,98%). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Akper Dharma wacana  yang mengalami kecemasan adalah bejenis kelamin perempuan, berumur dibawah 20 tahun.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Akper Dharama wacana Metro yang mengalami kecemasan adalah berjenis kelamin perempuan, berumur dibawah 20 tahun.
Kondisi ini menurut peneliti kecemasan pada mahasiswa dikarenakan persepsi makanan yang tidak baik, persepsi tempat tinggal yang tidak baik, hubungan interpersonal yang tidak baik, penyesuaian peran diri yang tidak baik dan adanya tekanan kelompok.

2.Hubungan Persepsi Makanan dengan    Kecemasan
Penampilan makanan adalah penampakan yang ditimbulkan oleh makanan yang disajikan. Penampilan ini meliputi warna, bentuk makanan, besar porsi, dan cara penyajian. Sedangkan rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan (Drummond KE & Brefere LM, 2010).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi makanan tidak terbukti berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan dengan p-value = 1.000 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi makanan dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Hasil penelitian tidak sejalan yang dilakukan oleh Rohmawati  N  (2012), yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dengan status gizi (p<0,05), subyek dengan tingkat kecemasan sedang cenderung memiliki status gizi lebih (OR=3,54) dan status gizi kurang (OR=2,29). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan sedang dengan asupan makan lebih (p<0,001; OR=6,22)
Dari uraian diatas  menunjukkan bahwa ketika seorang responden mempunyai persepsi makanan baik dipengaruhi juga oleh  kemampuan adaptasi  di asrama yang tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan persepsi makanan seseorang maka akan semakin baik persepsi tentang makanan seseorang serta tidak menyebabkan kecemasan. Demikian juga semakin rendah persepsi tentang makanan  seseorang maka akan semakin baik persepsi tentang makanan seseorang dan menyebabkan kecemasan. Pada responden menunjukkan bahwa persepsi makanan di asrama akper dharma wacana baik sehingga tidak menyebabkan kecemasan.

3. Hubungan Persepsi Tempat Tinggal dengan Kecemasan
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi tempat tinggal terbukti berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan dengan hasil yang dapat dilihat pada uji chi square dengan p-value = 0.028 (p<0,05),  maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi tempat tinggal dengan kecemasan mahasiswa di asrama Akper Dharma wacana Metro.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika D  (2014) yang menyatakan bahwa  ada hubungan yang bermakna antara kecemasan  perpisahan dengan orang tua dengan motivasi belajar  pada santri pelajar di pondok pesantren assidikkiyah. Hal tersebut ditunjukkan dengan p-value= 0,020 < a 0,05.
Dari uraian diatas  menunjukkan bahwa ketika seorang responden mempunyai kemampuan persepsi tempat tinggal dengan baik dipengaruhi juga oleh  kemampuan adaptasi di asrama yang tinggi. Semakin tinggi/baik persepsi tempat tinggal  seseorang yang tinggal di asarama akper dharma wacana metro maka  tidak akan menyebabkan kecemasan. Demikian juga semakin rendah/kurang baik  persepsi tentang tempat tinggal di asrama akper dharma wacana metro pada responden maka akan semakin menyebabkan kecemasan. Pada responden menunjukkan bahwa persepsi tempat tinggal di asrama akper dharma wacana tidak baik sehingga  menyebabkan kecemasan.

4. Hubungan  Interpersonal dengan Kecemasan
Hubungan interpersonal adalah saat kita sedang melakukan komunikasi dengan orang lain yang bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal (Rahmat, 2008).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan interpersonal  terbukti berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan dengan = 0.028 (p<0,05). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 3.386 artinya mahasiswa yang mempunyai persepsi hubungan interpersonal tidak mudah akan meningkatkan kecemasan sebesar 3.386 kali dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai persepsi hubungan interpersonal mudah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana D  (2005) bahwa  terdapat 51,1%  mahasiswa faskultas psikologi Unisba  angkatan 2005 kurang mampu melakukan hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitarnya.
Dari uraian diatas  menunjukkan bahwa ketika seorang responden mempunyai kemampuan hubungan interpersonal dengan baik dipengaruhi juga oleh  kemampuan adaptasi di asrama yang tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan kemampuan melakukan hubungan interpersonal seseorang maka  semakin baik hubungan interpersonal seseorang dan tidak menyebabkan kecemasan. Demikian juga semakin rendah adaptasi dan kemampuan hubungan interpersonal seseorang maka akan semakin tidak baik hubungan interpersonal seseorang dan menyebabkan kecemasan. Pada penelitian ini responden menunjukkan bahwa hubungan interpersonal di asrama akper dharma wacana tidak baik sehingga  menyebabkan kecemasan.

5. Hubungan Penyesuaian Peran diri dengan Kecemasan
Menurut Lawton (Hurlock, 1999) berpendapat bahwa siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan baik akan mengetahui kapan saat harus belajar dan kapan saatnya harus bermain dan segera mengatasi permasalahan yang menuntut penyelesaian. Terujinya hipotesis dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Rizvy (dikutip Rachmahana, 2002) yang mengungkapkan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi dan kemampuan adaptasi yang rendah dapat mendorong
ke arah prokrastinasi akademik.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa penyesuaian peran diri  terbukti berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan dengan p-value = 0.019 (p<0,05). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 2.690 artinya mahasiswa yang mempunyai penyesuaian diri tidak mudah akan meningkatkan kecemasan sebesar 3.386 kali dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai penyesuaian diri  mudah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naili Z, dkk  (2009) bahwa  hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri dengan prokrastinasi akademik. Hal tersebut ditunjukkan dengan p-value= 0,000 < a 0,05.
Dari uraian diatas  menunjukkan bahwa ketika seorang responden mempunyai kemampuan penyesuaian diri dengan baik dipengaruhi juga oleh  kemampuan adaptasi di asrama yang tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin baik penyesuaian peran diri seseorang serta menyebabkan kecemasan. Demikian juga semakin rendah adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin baik penyesuaian peran diri seseorang dan menyebabkan kecemasan. Pada penelitian ini responden menunjukkan bahwa penyesuaian peran diri di asrama akper dharma wacana  tidak baik sehingga menyebabkan kecemasan.

6.Hubungan Tekanan Kelompok dengan Kecemasan
Menurut Smith tekanan kelompok diberikan kepada anggota dengan maksud untik memperkecil perbedaan perbedaan yang timbul dalam kelompok karena perbedaan keinginan anggota dan dilakukan oleh orang-orang tertentu yang lebih dominan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tekanan kelompok tidak terbukti berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan dengan p-value = 0.131 (p<0,05).
Dari uraian diatas  menunjukkan bahwa ketika seorang responden mempunyai kemampuan penyesuaian diri dengan baik dipengaruhi juga oleh  kemampuan adaptasi di asrama yang tinggi. Semakin tinggi adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin baik penyesuaian peran diri seseorang serta menyebabkan kecemasan. Demikian juga semakin rendah adaptasi dan kemampuan diri seseorang maka akan semakin baik penyesuaian peran diri seseorang dan menyebabkan kecemasan.

7. Faktor Yang Paling Dominan Yang Berhubungan Dengan  Kecemasan
Penelitian tentang penyesuaian diri yang dilakukan oleh  Anggraini E, (2012) menunjukkan nilai signifikan yang diperoleh variabel kemandirian dengan penyesuaian diri sebesar 0,000. Artinya, nilai signifikan lebih kecil dibanding dengan α (sig < 0,05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel kemandirian dan penyesuaian diri.
            Penelitian tentang faktor-faktor  yang berhubungan dengan kecemasan resiko terjadinya hipertensi pada seseorang  juga telah dilakukan oleh Rahmawan R (2009) menyatakan bahwa  penyesuaian diri menggunakan lima indikator: accepting, preserving, taking, exchanging, biophilous, yang dikategorikan menjadi penyesuaian diri baik dengan nilai ≥ 19,96, penyesuaian diri buruk < 19,96. Sedangkang tingkat kecemasan dengan indikator fisiologis, psikologis. Dengan pengkategorian < 𝛼 0,05 , dengan demikian maka Ha diterima, artinya pada penelitian ini ada hubungan penyesuaian diri dengan tingkat kecemasan lanjut usia di Karang Werda Semeru Jaya dan Jember Permai Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa penyesuaian diri mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan, apabila lanjut usia bisa menyesuaiankan diri dengan baik, maka sedikit kemungkinan lanjut usia beresiko mengalami kecemasan, namun lanjut usia dengan penyesuaian diri buruk lebih beresiko untuk mengalami kecemasan.
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penyesuaian peran diri terbukti berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan (p-value=0,047). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 2,012 artinya responden  yang mempunyai  penyesuaian diri  tidak baik akan meningkatkan kecemasan yang lebih baik sebesar 2,012 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki peneyesuaian diri baik pada kecemasan mahasiswa yang pertama tinggal di asrama.
Faktor penyesuaian diri menunjukkan bahwa lebih dominan dibandingkan dengan faktor hubungan interpersonal dan tekanan kelompok. Kondisi ini menurut peneliti disebabkan karena seseorang  jika memiliki kemampuan diri yang baik berarti maka tidak akan terjadi kecemasan, demikian juga secara otomatis  hubungan interpersoanl dan tekanan kelompok pada diri seseorang juga baik dan positif.

KESIMPULAN
1.    Ada hubungan yang bermakna antara tempat tinggal , hubungan interpersonal, penyesuaian diri  dengan kecemasan pada mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro.
2.    Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi makanan, tekanan kelompok dengan kecemasan pada mahasiswa Akper Dharma Wacana Metro



DAFTAR PUSTAKA


Alimul, A (2003) Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Alamiah. Salemba Medika, Jakarta

Amran .Y.S. Chaniago (2002) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Pustaka Setia, Bandung
Arikunto, S (2002) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek,Edisi IV. Rineka Cipta, Jakarta

Burn & Groove (1991) The Pratice Of Nursing Research, Concuced critiques and utilization, saunders. Philadephia

Carpenito & Lynda juall (1995) Nursing Diagnosing Application to Clinical Practice Philadphia, Happin Contt Company.

Cook & js Fortaine (1991) Essential Of Mental Health Nursing, California Publising Company.

Fitria, N. (2003/2004) Proposal Orientasi Klinik
            Keperawatan Jiwa, Universitas ARS
            Internasional.

Hawari, D. (2002) Manajemen Stres, Cemas dan Depresi . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Kaplan. H.I. Saddock, B. J (1998) Modern
           Sypnosis and Comprehensive Texs Book Of
           Psichiatri, William and Wilkins : London.

Lazarus, R.S. 1969. Personality And Adjusment.  
            Englewood Cliffs: Pretince Hall

               (1997) Synopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.    Binarupa Aksara, Jakarta.

Mar'at & Siregar (1986) Diktat Pengantar
             Psikologi Perkembangan UNPAD

Notoatmodjo, S. (1993) Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam. (2003) Konsep dan Penerapan Metode Ilmu Keperawatan . Salemba, Jakarta.

Rachmahana, R.S. 2002. (skripsi),Perilaku
             Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

Ronny, K. (2003) Metode Penelitian Untuk Penulisan dan Tesis. PPM, Jakarta

Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi. Vol. 2. No. 3 (132-137) Republika. 2007. Boarding School

Rahmatika, D(2014), skripsi, Hubungan antara kecemasan  perpisahan dengan orang tua dengan motivasi belajar  pada santri pelajar di pondok pesantren assidikkiyah kebon jeruk Jakarta, Jakarta UIN

Shohib, M. (2005)  ”Kecemasan”  Melalui www.google.com. (28/01/06).

Spielberger, Charles. 1966. Anxiety and Behavior. New York. Academic Press

Stuard & Sundeen (1995) Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta Alih bahasa : Hamid.S Yani A.

Sugiono (2004) Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.

Sunaryo. (2004) Psikologi Untuk Keperawatan. EGC, Jakarta

Wicaksana, (1996) Concur fent validity and reliability test of zung self-rating mental disorder-III in Indonesia on preceding of the 5 th Asean Federation of psychiatry and mental congress Bandung.

William, W. K. 1971. “Zung Rating Instrument for Anxiety Disorder Psychosomatic”. Melalui <http://www.anxietyhelp.org/index.html> (05/04/06)

Winarsunu, T. (2004) “ Kecemasan Menghadapi Ujian” Melalui www.google.com. (11/09/06)








Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget